Sabtu, 14 April 2018

kita dan cuaca

ada ikatankah antara kita dan cuaca
kita murung cuaca mendung
kita riang cuaca terang
kita menangis cuaca gerimis

mungkin tidak

walau dalam gerimis ini kulihat ada yang menangis
entah sedih entah haru
kilatan genangnya tertangkap mata
aku terjebak sendu.

halte menjadi senyap
degub nadiku merayap rayap
mengalir pelan di balik jasad
ruh ikut berenang menuju jantung
hendak menyebar kenang di seisi diri
agar debar jadi rindu.

aku tahu ini konyol.

duduk saja
memandang langit
hujan
dan aku tergenang kenangan yang pekat
gumpal menggumpal.

Cawang Ciliwung, 26032018
Poetoe

monster lupa

padam
tiba tiba lenyap

hilang
tiba tiba lupa

ngeri
hilangnya ingatan adalah kengerian

tak lagi ada kemarin
tak lagi ada kenangan
tak lagi ada tadi

bersih

reset benak

senyum itu saat berpapasan
hanya senyum
tanpa sapa
wajahnya pun seolah bertanya
siapa ya?

sedih, demikian parah kehilangan dalam benak ini
bahkan rasa juga cinta itu moksa

demikian jika dzat yang kuasa atas segala isi kepala itu berkehendak
terjadilah.

Jakarta, 23032018
Poetoe

hisab

aku sepi sangat sepi
hiruk pikuk itu tiba tiba sirna
di tengah kerumunan namun hanya aku
seperti ada mata besar itu menatap tajam hanya ke arahku

aku takut sangat takut
bahkan untuk angkat dagu pun tak sanggup
tatapan itu menelanjangi
semua dusta terpampang
semua rahsia tersiarkan
semua intrik itu detail tergambar

aku malu sangat malu
mata itu melihat semua
purna nyali
lumpuh

aku terus menunduk dan meratap ratap
merapal rapal doa yang masih aku hapal.

Halte BNN, 22032018
Poetoe

lagu jelang akhir

matahari lari
bersembunyi dalam sunyi
terang hilang
diserang gelap hingga lenyap

tersisa cahya lampu
kembang kempis
kedap kedip
terhisap terselip

penghuni bumi merayap dalam senyap
bergerak dalam ketiadaan benderang
hanya remang hanya remang

mana benar mana salah
mana dibenarkan mana disalahkan
sangkut saling sikut, saling sandera kasus
dosa dipelihara kadang dijualbelikan

penghuni bumi merayap dalam senyap
bergerak dalam ketiadaan benderang
hanya remang hanya remang

Halte stasiun cawang, 22032018
Poetoe

laci kenangan

aku mengunci laci,
kusimpan semua
jejak, surat, foto, juga air mata

aku ingin selesai
tak perlu ada lagi yang tahu
selesai?
tak benar benar selesai sih
bukankah menyimpan itu hanya menumpuk beban?

tapi aku memang hanya bisa menyimpan
aku tahu
tak akan bisa benar benar membuang kenang
tak akan mampu membakar gusar masa lalu
tak bisa bersihkan ingatan itu

jadi aku hanya mengunci laci
bahkan untuk lalu membuang kuncinya pun aku sayang.

ah.

Halte Tebet, 22032018
Poetoe

tarian di bawah matahari senja

sekumpulan orang menari di bawah senja
gerakannya berenergi
sisa sisa nafas hari
bercerita tentang harapan
yang serupa umpan membuat ikan jiwa bergerak cepat mengejar
padahal setelah tergigit pun bibir justru terluka
ditarik ia ke udara
menggelepar kehabisan air dalam insang

sekumpulan orang menari di bawah matahari keemasan
gerakannya derap dada
bercerita tentang detak nadi
berdenyut mengejar mimpi yang tak terbiasakan

sebelum senja usai
aku mulai mendekat ikut bergerak
mata terpejam
kubiar senja membimbingku
perlahan tubuhku melayang.

Halte pancoran, 22032014
Poetoe

istirahku

aku bersembunyi di kepakan kelopak mata itu
kejap demi kejap
meringkuk aku kelelahan

ini aku
yang terus bergerak
padahal tak sepenuhnya berenergi
megap megap namun kulipat saja

duduk berhadapan dan berbincang ringan adalah caraku bersandar
mengaharap tabik
berharap terhisap remah remah ruh muda itu
dalam rentaku
dalam redup usiaku

aku bersembunyi di kepakan kelopak mata itu
kejap demi kejap
meringkuk aku kelelahan

Halte Pancoran, 22032018
Poetoe

penjajahan citra

penjajahan di mana mana
citra seperti mantra
menjajah jiwa
tas mahal dan sepatu bagus itu
menyihir ia menjadi angkuh

ah

penjajahan di mana mana
tersandra oleh keinginan dihormati
menyulap ia menjadi mudah terluka
mudah tersinggung
sehari hari adalah marah
setiap saat adalah resah menjaga persepsi manusia lain

follower jadi penting
like itu serupa nafas
pujian itu berhala
celaan bahkan hanya kritik menjadi belati pembunuh

duh

menjadi lemah oleh citra
mudah mati
mudah mati
karena hal hal tak berarti

penjajahan di mana mana
bahkan di sosial media
bahkan di poster poster kampanye.

sedih.
sedih saja.
tapi tidak apa apa.

Masih jelang pancoran, 22032018
Poetoe

Sejenak saja.

duduklah sejenak
tak lelahkah kau menari di panggung dunia
mengikuti irama ambisi
mentaati laju inginmu

duduklah di sini
tinggalkan sesaat
bising dunia
pejamkan mata
cobalah pikirkan yang selama ini tak terpikirkan

tarik nafas dalam dalam
ulang ulang nama Tuhan
agar mengendap
agar kembali jernih belik jiwa.

Jelang pancoran, 22032018
Poetoe

energi bahagia itu

setiap jeda yang kau sengaja adalah rindu
setiap dekat yang kau buat adalah hangat
semua tak tersia
rasa rahasia

bisik bisik sepi
di setiap jam yang sama
pengulangan yang berirama
selalu menumbuhkan
selalu menguatkan

kuserap segala indahnya
kuhisap semua debarnya.

selamat pagi, beib

Bekasi Jakarta, 22032018
Poetoe

memberi arti atas mati juga nanti

kematian bisa datang kapan saja,
dan kita masih berboncengan bersama pagi itu
bercakap tentang mereka yang telah mendahului, mati.
dan kita kapan entah itu nanti.

setiap detik itu mungkin mati mungkin juga nanti
laju motor kita, belokan, juga langkah saat mrnyeberang
bisa saja lalu mati.

benar juga jika tugas yang bernafas itu memberi arti pada setiap hari
karena kematian di saat kosong arti itu kematian yang menyedihkan.
sangat.
dan bayangan atasnya adalah kengerian.

kugenggam remas tanganmu,
temani aku.
pagi ini aku takut.

Pintu Tol Bekasi Timur, 22032018
Poetoe

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...