Selasa, 08 Desember 2020

Kidung Para Pencari

Setelah agak terhambat oleh pandemi COVID-19, akhirnya buku antologi puisiku yang kedua "Kidung Para Pencari" lahir di bulan November 2020, masih dengan penerbit yang sama dengan buku pertama "Kita Dua Kurva Saling Terbuka", 2019, PT Elex Media Komputindo.  

Buku ini berisi puisi puisiku di tahun 2019-2020, terbagi dalam 4 (empat) bagian : Pencarian, Cinta, Rindu, dan Syukur. Dengan cover dan ilustrasi Utin Rini seniman Yogyakarta, lulusan Seni Rupa Murni di FSR ISI Yogyakarta 2005.

Semoga dapat ternikmati nutrisi puisi dalam buku ini. Jika tertarik silakan klik: s.id/BELIKPP atau di toko Gramedia terdekat.








Kamis, 20 Agustus 2020

Simponi Lelap

gelap tempat lelah terlelap
tempat rebah dari segala gundah
tempat meringkuk dalam setiap peluk

dan hening mengeja kalimat pasif yang tidak dapat terbuka kala lampu menyala
dalam senyap kuharap jadi kalimat aktif yang berkelindan remang dan cahaya tertahan

aku tertawan kenangan sebelum kalimat-kalimat berjatuhan

Priscilla dan Putu

 De Priscilla. Kelahiran Jakarta, 25 Mei 1994. Saat ini menetap di Jakarta Utara. Menyukai literasi. Alumni Kelas Puisi Online (KPO) dan Asqa Imagination School (AIS). Beberapa puisinya di muat di media online Cacatan Pringadi, Antalogi Puisi bersama Sastra Indonesia dengan judul buku Word Imagination penerbit Ae Publising, Antologi Puisi dengan judul buku Kontemplasi Sepi bersama Prolisa, Kumpulan Quotes berjudul Berjuta Warna Berjuta Rasa bersama Sastra Indonesia, Kumpulan Quotes  Perihal 17 Hari yang Semestanya Adalah Kamu bersama At Press x maple media. Saat ini sedang belajar puisi di Competer Jakarta. IG: deborapriscilla09

      Nugroho Putu Warsito, ASN di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penyuka puisi dan sastra sejak sekolah menengah, penulis buku kumpulan puisi “Kita Dua Kurva Saling Terbuka” terbitan Elex Media Komputindo Kompas Gramedia, 2019. Saat ini aktif di Komunitas Sastra Kementerian Keuangan. Akun Instagram: @nugroho_putu.

Sabtu, 11 April 2020

Menua Bersama

dunia mungkin serupa kelereng yang terendam dalam larutan waktu di gelas semesta
selalu ada jejak masa atas apapun
yang baru jadi lama
yang segar jadi layu
yang bergaris tegas jadi kusam buram

seperti kita yang menua bersama
anakanak tumbuh mendewasa
tawa mereka mengiringi tahuntahun yang runtuh menyerah pada waktu
canda kanakkanak satu persatu terlipat di laci ingatan
tersisa mereka yang memasak bersama dan aku menunggu
sampai aroma harum makan siang itu mengajakku berdansa

teringat genggaman tangan kita 21 tahun lalu, sesaat setelah penghulu membimbing katakata janji kita dahulu
erat dan hangatnya masih sama
hanya kulit kita tak sehalus dulu
ada ruamruam kambium atas luka,
luka sembuh dibasuh suka, namun muda tetap beranjak tua.

dan aku merasakannya, ada wajahmu yang bercerita panjang tentang perjalanan kita
bahwa masih jauh, janganlah mengeluh
butuh bekal cinta dan jangan lupakan peta

tepat tengah malam, saat resmi usiamu bertambah, aku hanya menikmati wajahmu
ternyata berdiam di sebelahmu itu sudah cukup jadi energi hatiku.

Bekasi, 11/04/2020
Pukul 00.14

Dunia Masih Saja....

oleh nugroho putu

dunia masih saja bercanda
ketakutan ternyata kekuatan yang salah terbaca
gelap itu bukan musuh
karena saat tak ada cahaya
mata justru rehat kumpulkan tenaga

dunia masih saja berkelakar
tentang makna benar yang lentur
serupa papan catur
hitam dan putih dipergilirkan
malam diusir siang, siang dilumat malam

takut kalah jadi berani melawan
takut mati jadi berani hidup
takut jatuh jadi berani raih pegangan
takut bodoh jadi berani mencari tahu

dunia terus saja merayu manja
sepedih apapun caci maki
selalu ada peluk hangat di akhir senja
selalu ada puisi di segelas kopi.

Bekasi, 10/04/2020

Selasa, 25 Februari 2020

Manusia Membara

oleh: _nugroho putu_

kita bejana berisi hasrat menyala,
dan didih air hati bergelora
tubuh menjadi mesin uap
bergerak karena gejolak

jika kau matikan apinya
mati mimpi
mati pula lampu hati
dalam gelap genggam tangan pun dingin

jadi biarkan tetap ada sisa bara
agar ada hangat
jangan dimatikan, biarkan terjaga
sesekali api berkobar nikmati saja pijarnya

Muntilan, 19 Februari 2020

Barisan Badut

oleh : _nugroho putu_

darah muda mendidih berharap tumpah
dalam hiruk pikuk perang
berhadapan jelas mana benar mana salah
terhunus parang kata
siap melukai hati, siaga menebas urat jiwa

padahal medan tempur terkadang kabur
tak jelas mana lawan mana kawan
idealisme jadi naif
janji setia jadi mantra, bukti nyata jadi citra

wajahwajah tercoreng aib
ambisi jadi asupan nutrisi
berita itu basa basi
fakta hanya picu tawa

dan pahlawan bingung mencari lawan
menjadi barisan para badut
berbaris tak rapi
saling injak saling sundut.

Temanggung, 25 Februari 2020

Di Balik Teman Tapi Menikah

oleh : _nugroho putu_

banyak kisah cinta yang tertahan tak terucap, namun justru jadi energi.
mungkin remang memang ruang tepat emosi dimasak oleh rasa
seperti sayang yang terbungkus _friendzone_
perhatian atas nama pertemanan yang naif

setiap tersadar untuk ungkapkan malah terjeda iklan
senja jadi riuh oleh angin penasaran, menyanyi lagu mungkinkah o mungkinkah
hidup memang drama tempat semua rima rasa bermuara

seperti koleksi tanda tanya
sibuk menjawab dengan bukti
berharap kata "bangga" dari kekasih
tirai pun terbuka satusatu

dan menjelang _scene_ terakhir, kata sayang tersingkap sudah
atmosfer menjadi aneh
dua alien berhadapan, takjub
betapa lama rasa tersangkut di pangkal lidah
hanya cincin di jari manis
dan genggam tangan di akhir cerita, yang iringi layar tertutup.

Bekasi, 24/02/2020

Sumbing Sindoro

oleh : _nugroho putu_

kita dan hujan kencan, bertemu di Parakan.
hujan mungkin teramat rindu, menghambur deras memeluk kita, jalanan kuyup, pepohonan gigil.
kita duduk bertiga, menonton peri dari langit yang meluncur dalam guyur air, mereka bercanda bahagia.
kita dan tiga porsi nasi goreng, menanti kata nanti yang berubah jadi esok saja.
hujan menghapus rencana dari buku kerja kita.
tapi kita tertawa.
mungkin petrikor yang menyihir suasana, kusut masai menjadi gegap ramai.
binar mata berpijar dan peri dibiar berkejaran di halaman ingatan kita.
ada nama-nama yang kita ungkit kembali dalam bincang rindu.

sebelum jelas kapan hujan reda, kita justru terjebak dalam cerita tentang kau yang berdiri di lereng Sindoro untuk tatap Sumbing, lalu berdiri di lereng Sumbing untuk tatap Sindoro. bahkan dua lereng itu telah kau jelajahi dengan mata, kemudian ajak kami ikut jelajahi walau hanya dengan imaji.

Muntilan, 19 Februari 2020

536 km

oleh : _nugroho putu_

aku bayangkan kau bergegas menyeberang jalan, sedang bis kotamu enggan menepi, hampir saja sepeda motor itu menyambarmu. ah.

aku bisa apa, jarak memisah kita 536 km, padahal kau butuh teman di perjalanan pulang kantormu. mungkin kini kau duduk mengatur napas, berdebaran karena celaka nyaris menculikmu.

duduk di bis kota tanpa AC, di bawah kursimu ada ayam hidup bawaan penumpang, juga pengamen dengan biola namun asal gesek suaranya memekik tercekik. jika aku mungkin akan terluka lalu marahmarah hingga malam.

kau duduk coba terpejam, aku dapat bayangkan wajahmu. pejam matamu tampak terpaksa, jika di sampingku mungkin kan kukecup dahimu, tapi apa daya, 536 km pisahkan kita.

di sini aku ikut pejamkan mata. menghirup udara malam, juga aroma hujan, nikmati nyanyian gerbong kereta, aku panggil periperi antarku terbang menemuimu.
Stasiun Tugu, 21/02/2020

Stasiun Tugu

oleh : _nugroho putu_

tempat orang-orang ucapkan selamat tinggal, genggam terlepas, juga isak tangis cinta yang terjeda.

di ruang tunggu, segelas kopi dan semangkuk bakmi godok adalah kencan terindahku dengan senja, dan hujan pun menemani.

bagiku menanti itu hibur hati, sendiri itu saat menata hati, hidupku terlalu riuh, terlalu ramai. hari ini pun sudah berbaris wajahwajah baru rasa lama bercakapcakap di sekitar.

kopiku pahit, karena hidup terlalu manis. kau tersenyum, hidup terlalu mudah dan kau butuh canda yang rumit, atau film drama yang terluka seperti _A Walk to Remember_

kita berbincang tentang suram tapi dengan gelak tawa. ah, kenapa aku merasa kita pernah bertemu? mungkin pertemuan di logos besar dulu sebelum diturunkan kita ke logos kecil dunia ini.

Stasiun Tugu, 21/02/2020

Utuh Seluruh

oleh : _nugroho putu_

cara pandang atas hidup yang utuh menyeluruh,
yang mengubah dan menyelaraskan beda dan percikan
itu serupa pelita terangi jalan.

selalu di tengah dua tarikan,
hingga nyaman di semenjana,
akal dan hati,
ruh dan fisik,
moral dan perilaku,
dunia dan kamu.

lelah lalu rebah, letakkan beban dan menyerah
bukan kalah namun karena paham arah
pegang yang dapat kau pegang,
lepaskan yang tak dapat kau tahan dalam genggam

biarkan pejam berakhir di lepas tengah malam
duduklah dalam diam
baca panduan lalu endapkan
jika ada tangis sesal lepaskan saja

air mata itu baik untuk kita
kata-kata baik itu mata air kita
rasakan dalam tunduk sebagai renungan
sisakan sebagai rindu dalam kenangan.

Muntilan, 21 Februari 2020

Cerita di Kaliurang

oleh : _nugroho putu_

berkenalan waktu itu, kubayangkan kau kenakan jas almamater. wajah penuh semangat, ideide meletupletup. aku ikut senang. kau tanyakan apakah ini berlebihan, aku jawab tidak. kau masih muda harus penuh percaya diri, aku lebih tua cukuplah tahu diri.
lalu kekacauan pisahkan kita. percakapan itu terjeda. aku tetap jalani hidup dengan tahu diriku, menjadi manusia wajar. beberapa kali terlibat aksi, hanya sesekali. kau mungkin sibuk, tapi mungkin juga tidak. anehnya aku tak penasaran mencari kabarmu. hanya percaya saja, kau baikbaik saja.

saat kebisingan perebutan mimpi negeri itu mereda, saat kita samasama sedih hasil perjuangan tak seindah bayangan, kita kembali bercakap. tak benarbenar bertemu. hanya berserobok kata di sosial media. lalu bincang berkembang. tak ada ungkap rindu, hanya gemetar jari saat ketikkan kalimat tanyakan kabar. seperti deru dada khawatir yang disembunyikan.

kau lebih dewasa. percakapan kita mulai tentang cinta. aku tersenyum. aktifis sepertimu ternyata tersandung rasa juga. kau masih muda wajar penuh cinta bergelora, aku lebih tua cukuplah dengarkan kisah cintamu.
dan Kaliurang tempat pertemuan kita yang tak pernah terjadi, adalah saksi kau pernah menangis dalam sepi, dan aku hanya temani di belahan kota lain. Kaliurang juga jadi saksi saat aku berdiri di tempat kau pernah berdiri dalam rintik hujan. aku bayangkan bagaimana kau menangis dikurung rintik hujan lereng Merapi yang dingin dan getir.

tapi kita tak pernah benarbenar bertemu. hanya saling injak sisa jejak, di jalanan yang sama. kau masih muda, tangis itu wajar asal segera bangkit tak tenggelam dalam air mata, aku yang lebih tua hanya memahat diam di tempat yang mungkin pernah kau singgahi. entah kau di mana, aku memang tak penasaran mencari kabarmu, tapi yakin kau sudah bahagia temukan cinta.
janganjangan saat aku sesap kopi lereng Merapi ini, kau ada di seberang jalan menatap langit gelap, dan rintik hujan temani imajimu tentang aku, lelaki tua yang pernah jadi teman bincangmu walau tak pernah saling jumpa.

Pakem, 20 Februari 2020

Ingatan

oleh : _nugroho putu

kau punya foto saat itu?
tentu tidak, jawabmu
semua telah kau dokumentasikan dalam ingatan
tersimpan bersama angka-angka,
harga, nilai-nilai dalam kertas kerja, nomor rumah, bahkan nomor polisi mobil yang biasa kau simpan dengan sukarela.

ingatan memang lembaran catatan, dalam lipatan-lipatan sel kelabu benak
dengan kemasan masing-masing
seikat gambar citra,
seikat angka dan kata,
dalam rangkaian kejadian-kejadian, rekat oleh lini waktu.

di tengah rimba kekaguman atas ingatanmu, aku hanya bisa berharap ada dalam folder ingatan itu.

Jendela Sedikit Terbuka

oleh : _nugroho putu_

ada dunia tersembunyi
di ruangan sebelah
ada api dan sunyi
terendap di dekap lelah

ada dendang dan sedu rayu
ada kau dan senyum rekah
aku rapal harap ini serupa gerutu
menanti kau sapu warnawarna indah

goda aku
agar mabuk menimang mimpi
goda aku
agar rubuh aku bersimpuh keluh

telah rasa hilang
atas apa yang tak termiliki
walau sisa bayang
kupeluk kau dalam repih sepi.

Muntilan, 18 Februari 2020

Sendiri

oleh : nugroho putu

hidup itu wajib ain
sejak janin kita telah sendiri
sepi terendam dalam rahim
tak berteman

ini drama tentang diri
semua tentang diri
kelak berdiri sendiri
dihakimi

orang-orang hanya pelengkap
penggembira
mereka ajak diri tertawa
juga ingatkan diri menangis

dan akhirnya sendiri
tidur terbujur sendiri
diantar sanak beriring tangis
hingga rebah di liang dingin pun sendiri.

Muntilan, 19 Februari 2020

Pas Foto

oleh : nugroho putu

kita hanya ingin menyimpan,
ialah sampan berdayung menjaring ikan
kunjungi ceruk-ceruk sepi
saat malam menepi

kita hanya ingin menangkap ingatan,
melempar umpan di tengah telaga kenangan
raut wajah tertangkap
senyum rebah terjerat

karena wajah di sosial media tak lagi cukup
terlalu tebal pupur pura-pura
terlalu biasa tak sampai pangkal rasa
kail ini menunggu saat topeng terlepas

di permukaan cahaya benderang
hanya iklan-iklan berenang
terlalu terang
aku butuh cahaya remang
saat ikan terjaga dari impian.

Muntilan, 18 Februari 2020

Minggu, 16 Februari 2020

*Remang Remis*

oleh : _nugroho putu_

tertawa itu tanda sehat jiwa
kita terlalu serius merebus mimpi
semua seperti papan catur
hitam putih
kalah menang

jika pun remis lalu tak ada juara dan pecundang
maka itu drama tentang gerimis
buramnya batas
jadi remang antara bahagia dan tragis

jika bisa kita mau yang benderang
jelas batas mau menang atau kalah
lupa bahwa ketidakjelasan itu berkah
dan semenjana itu jalan aman

lalu permainan petak umpet dimulai
cari mencari cara-cara menggunting nikmat dunia
dan menyimpan potongannya ke saku celana

kita bangga berasa mampu jajah dunia
padahal saat itu juga kita yang terpenjara
jadi anjing piaraan atas mimpi bumi
menjulurjulurkan lidah
berharap pijar matahari memeluknya.

Muntilan, 16 Februari 2020

*Jarak dan Ingat*

oleh _nugroho putu_

seperti langit, birunya karena lampaui batas pandang
begitupun rasa, indahnya karena lampaui pagar nalar

jangan tanyakan "mengapa" atas cinta,
karena tak berjawab sesuai sebab
jauhnya jarak terlipat dekat
bahkan bara digenggam hingga padam

seperti laut, birunya karena dalam tak tersentuh dasar
begitupun rindu, indahnya karena jarak dan ingat saling terikat rekat

para pecinta memilih racunnya sendiri
menenggaknya seperti ritual tiup terompet
memanggil waktu mengganti tahun
seolah latihan nanti sangkakala akan ditiup di akhir bumi.

Muntilan, 16 Februari 2020

*Bidak Catur*

oleh : _nugroho putu_

Batara Kala duduk santai di langit warna jingga
mengamati bumi, yang sebagiannya hujan,
matahari diperam di ufuk barat,
angin menemani berputar-putar saja

manusia adalah bidak-bidak catur
muasalnya liar namun dipaksa tunduk atur
jika kufur maka sumbu bahagianya direngut
jika meronta tali kekang ditarik dan punggung dilecut

senja adalah lagu atas hitung-hitungan hari
simponi atas catatan luka yang tercipta
berapa banyak sayatan atas ingkar?
berapa kali kaki tersandung khilaf?

dalam senja, bidak-bidak itu berbaris
berkorban atau dikorbankan
debar karena ketakjelasan
mulut komat-kamit merapal mimpi berjejaljejal.

Muntilan, 15 Februari 2020

*Salju, Payung dan Kamu*

oleh : _nugroho putu_

salju, payung dan kamu
adalah ramuan agar hati tetap hangat saat rindu berjingkat pergi,
karena jarak mencumbu waktu, ingatan tersayat
tak lagi ada getar.

kopi panas di suatu sore, dan foto lama kita duduk di atap kantor
tempat kita mencumbu langit
tempat kita mentertawakan nasib
dunia terlalu lucu untuk kita anggap serius

salju, payung dan kamu
adalah isyarat bahwa aku berharap temu
berharap dingin tak akan hentikan waktu
agar kau pulang dan percakapan lama itu bisa kita ulang.

Muntilan, 15 Februari 2020

Hibat

oleh: _nugroho putu_

beterbangan kupu-kupu biru
menjumput nektar berisikan rasa
beterbangan kerinduan
saling mengiris saling melukai

kita bergerak dari luka menjauh
tapi tak pasti mendekati sembuh
hanya rehat hanya ringkuk tetirah
sesaat pelukan itu serasa dunia utuh

beterbangan kupu-kupu biru
mencari getah pohon untuk disesap
beterbangan bayang-bayang
mencari hasrat rebah untuk lelap

kita bermain-main di taman imaji
berbagi ranum buah khuldi
menipu angan dengan pelukan palsu
meniup mimpi dengan kecupan semu.

Muntilan, 15/02/2020

Kamis, 13 Februari 2020

*Jumpa dalam Kata*

oleh : _nugroho putu_

kata bisa wakili jumpa
berjingkat bait singkat mendatangimu
saat kau duduk-duduk
sehabis mandi

kata bisa menarik paksa
kita dalam genggam masa
berharap dengarkan suaramu,
tapi terlambat, "ia sudah pulang" katamu
kata-kata berbaris di teras
tertahan di kolom berita
ternyata kita sama,
sedang rindu kata-kata Tuhan.

Magelang, 11/02/2020

Senin, 10 Februari 2020

*Bertani Mimpi*

oleh : _nugroho putu_
menebar sebab,
menanam syarat,
menyirami dengan harap,
memberi pupuk hasrat

jaga dari hama dusta
dan wabah putus asa
kelak akan panen cita-cita
menikmati sakinah cinta

Muntilan, 11/02/2020

*Demonstrasi Kata-Kata*

oleh : _nugroho putu_
kau perlakukan seperti apa kata-kata yang dihasilkan dari tulisan, perkataan, dan pikiranmu?

seperti anak kandung yang dilahirkan hasil dari kemesraan antara kenyataan dan harapankah?
lalu kau rawat dengan sayang, hingga kata-kata itu tumbuh dalam pembuktian di kenyataan, juga menggumpal dalam rapal doa-doa
atau justru seperti sampah yang terlempar dari bilik jiwa hasil hura-hura pesta sumpah serapah dan basa basi?
lalu terserak saja, bercampur dalam kental sesal dan jijik serpih munafik di comberan dengki dan iri

sementara masa merayap dari tanggal ke tanggal, tinggalkan jejak kata-kata, beranak pinak berarak-arakan, berbaris seolah demonstran menuntut hak, berteriak-teriak _"sebelum kau mati, makan dulu kami, senampan kata-katamu sendiri...."_
Muntilan, 10/02/2020

*Layar Siang*

oleh : _nugroho putu_

layar siang tayangkan bayang-bayang
laku wayang dalam keseharian
hanoman berlompatan
kebenaran yang lelah dicaci-maki

orang-orang lalu lalang, kenakan topeng, senyum jadi kuntum bunga plastik, jajakan harga diri, potongan harganya besar, nyaris cuma-cuma saja.

di sudut masjid ia kirim pesan singkat pada Tuhan, _"aku lelah, kenakan topeng ini, tapi tak kutahu cara bukanya. bantu aku."_

Temanggung, 07/02/2020

*Layar Pagi*

oleh : _nugroho putu_

layar pagi dibuka
wajah cerah
"Aku bahagia." ia bergegas mengambil remote TV, mematikannya, saat warta pagi menyiarkan dongeng korupsi dan basa basi.

ia hanya ingin ikut bahagia.

Temanggung, 07/02/2020

*Peri Sendiri*

oleh: _nugroho putu_

ada peri di setiap hari mengikat pekat, mengumpulkan remah resah, menjadi pencatat di bincang remang, memunguti cerita perih yang tersisih

pertemuan pertamaku saat peri itu terjebak terbang membentur kaca kamar kecil lalu tersangkut di wastafel, aku mencuci tangan dan sayapnya terpercik air. aku membasuh muka, ia kibaskan sayapnya air beterbangan.

peri dan aku kembali duduk di kafe malam ini, aku menikmati kopi, ia menikmati kata-kata yang berhamburan, bersama air mata, dan canda getir tentang kesendirian.

peri kembali terbang sendiri, membawa setumpuk berkas kesedihan, dan tindasan berkas itu ditinggalkan di laci hatiku, tiba-tiba saja kesendirian teraduk dalam kopi sepiku.


Muntilan, 07/02/2020

*Permainan Atur Langgar*

oleh : _nugroho putu_

ada permainan
atur dan langgar
seru
dan bikin ngakak

ada yang sibuk atur
siapkan banyak partitur
semakin sulit
semakin asyik

menganyam jala dan jaring sesempit mungkin
banyak yang kena sanksi
merasa sukses beraksi

ada pula yang rencanakan langgar
meraba pagar mana yang longgar
pasti ada celah
pasal-pasal pun dibelah

atur lalu langgar
langgar lalu atur
para pemain adu taktik
penonton ngakak-ngikik.

Magelang, 05/02/2020

*Berharap Rindu*

oleh: _nugroho putu_

dan kau mulai akrab dengan sepi
kau, kopi dan sepi, saling menggenapi
tetirah di lereng bukit
lelah hiruk pikuk, rindu menepi

dan kau mulai mengarang cerita
tentang ia yang mungkin rindu padamu
entah di mana
entah rindu bagaimana

kau menduga bahkan berharap
ia sedang membaca setiap jejak digitalmu
ekspresi rindu yang malu-malu
dugaan dan harapan yang naif
jika memang rindu lalu mau apa?

di penghujung dini hari,
kau keluar rumah menatap langit
menebarkan isyarat ke awan gelap menjelang terang
tanda-tanda beterbangan, menunggu para malaikat cinta membawanya,
menyampaikannya padanya.

Muntilan, 05/02/2020

*Puisi Bugil*

oleh: _nugroho putu_

bulan bugil bulat
aku bugil tanpa tabir
tersibak semua
terbaca semua

pada akhirnya semua akan ditayangkan
aib dan rahasia
terpajang di layar langit

bulan bugil bulat
aku bugil tanpa basa-basi
pura-pura itu hanya para-para
tempat mimpi diletakkan

pada akhirnya semua tentang yang dirasakan,
diendapkan maka tersimpan
saat ditanyakan akal bungkam.

Muntilan, 05/02/2020

*Ambang Rasa*

oleh : _nugroho putu_

kita semut terdampar di daun talas mengambang di sungai belakang rumah
tak ada keputusan, tak juga harapan
bahkan angan-angan pun tak pantas
hanya berdiri saja, terombang-ambing
melepaskan kendali nasib pada angin dan arus sungai

kita menanti atas entah
nada jadi sumbang
seolah ikut mengambang
ketukan irama jadi ragu

kau tergagu di depan pintu
menatapku
dan aku tunduk saja
walau rindu
aku paksa tak tatap temu
aku terlanjur terikat pada malu
kau baca aku,
namun aku putuskan tetap tutup jendela kamar
merapal mantra tahu diri berulang-ulang.

Muntilan, 04/02/2020

*Drama Rahasia*

oleh : _nugroho putu_

drama antara kita dengan pengetahuan adalah rahasia
tidak tahu yang disengaja
menyimpan cahaya
membiarkan dalam remang saja

rahasia itu menjaga kita tetap bahagia
nanti yang tersimpan di peti
mati yang terbiar tak termengerti
adalah cara Dia menguji bagaimana kita kelola bahaya kecewa

pintu di kepala ini terbuka,
persilakan tamu pengetahuan datang
tapi duga sangka pun terbawa
menyelinap masuk merampas tawa dari ruang jiwa

kesedihan atas nanti adalah gelisah,
kesalahan menyikapi rahasia;
resep terbaik mungkin justru menyerah,
tak mengerti semua itu asasi manusia.

Muntilan, 04/02/2020

*Lagu Kematian*

oleh : _nugroho putu_

memetik senar gitar di tepian belukar
membisikkan hal benar pada ular
berbalik membelitkan ekornya
dusta itu bisa disemburkan ke wajah iman, kelojotan!

Muntilan, 03/02/2020

*Tanda Baca di Musim Penghujan*

oleh: _nugroho putu_

senja jingga menayangkan aku dan kau
duduk kikuk bersebelahan
menghitung setiap detik dan rintik hujan akhir bulan
mungkinkah kau titik di kalimat panjang petualanganku?

Temanggung, 31/01/2020

*Benih Selisih*

oleh : _nugroho putu_
kita hanya pemulung,
memunguti remah katakata terserak
merekat-rekatkan makna dalam ikatan teori
saat yang sama gelisah basah itu ikut terbawa
menggumpal lembab di kantong hati

kita hanya menata ulang,
bangunan lama para pemuja
tak sempurna
ada salah baca, ada salah duga
jadi kerak dalam benak
picu sengketa jadi bara amarah

kita hanya pemungut sisa-sisa,
dengan aroma lembab gelisah basah
dan bara prasangka berkilat menyala
benih perang tak sengaja dilahirkan
anyir darah dan puing kehancuran telah terbayang.

Temanggung, 03/02/2020

*Puisi Cinta*

oleh : _nugroho putu_

larik-larik rasa
berbaris di lini masa
menjadi bait-bait puisi
berbisik lembut meniupi serpihan detik

kata-kata tanpa tanda baca
kau eja perlahan
kuhembuskan gemuruh dada
ada bara jiwa, ada nyali menyala

maka tatap mata
melumat rindu tandas
singkap lekat
makna kata lebur pekat bernas

baris kalimat
bernyanyi-nyanyi di tanah lapang
menari-nari berkilat-kilat
berpuisilah aku dalam dendang

tentang kau
tentang lekuk raut wajahmu
tentang debar rindu detak demi detak
tentang bait kita, kata demi kata

kau kata benda
aku kata kerja
kulengkapi kau
dalam kalimat sempurna

Bekasi, 2019-2020

Rindu Prematur

oleh : _nugroho putu_

Pernahkah kau merindukan seorang yang bahkan belum kau kenal? Mungkin ia seorang yang biasa kau lihat di jalan yang setiap hari kau lewati. Mungkin juga ia wajah yang sering muncul di beranda media sosialmu, tapi bahkan nama pun belum kau tahu karena nama akunnya adalah nama yang kau yakini bukan nama dia sebenarnya. Atau mungkin seraut wajah yang sering muncul dalam mimpimu, demikian jelas tergambar hingga kau mudah menghapalnya, dan yakin jika suatu hari bertemu di kehidupan nyata kau akan mengenalinya.

Lalu kerinduan semacam ini pantaskah disebut rindu. Jika rindu itu rasa ingin kembali bertemu, bukankah pertemuan yang sebenar-benarnya pertemuan itu belum juga terjadi?
Tapi akhirnya kau yakin bahwa ini rasa yang sah untuk disebut rindu. Dan dengan tanpa malu kau mulai menulis puisi rindu untuknya, untuk seorang yang bahkan belum kamu kenal.
Jika memang begitu, selamat merindu walau itu rindu yang mungkin prematur.

Bekasi, 02/02/2020

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...