Rabu, 25 September 2019

seperti bersama

dan pertemuan di depan stasiun suatu senja, tanpa jabat tangan, hanya senyuman, lalu berjalan beriringan.
kita semakin biasa seperti bersama.
kita semakin biasa bersama kata "seperti".
apakah kita pura-pura?
atau bahkan dusta?
tidak. mungkin bukan keduanya.
hanya tak selesaikan utuh kalimat kenyataannya, membiarkan menggantung, membiarkan orang-orang bebas dalam sangkaannya.
jika salah duga, ya maaf.

kita hanya butir-butir kelereng yang terserak,
berlarian tak tentu arah
bertabrakan lalu saling mengubah arah,
pada benturan berikutnya kita lalu beriringan, masih menggelinding namun saling mendekap bertukar hangat
menunggu waktu yang kan hentikan

senja jadi malam
manja berharap genggam
di sepi ruang sidang, pertemuan dan sapa tanpa curiga mengungkapkan semua
negeri ini butuh kita yang tak jengah dengan kata-kata terbuka
basa basi itu jelaga demokrasi
metafora kita jadi sudut gelap sebunyikan kebenaran.

maka bergenggamanlah,
sembunyikan hangat dari angin malam,
cinta pun kita seduh kembali dalam sajian tatap yang pekat,
walau ada sisa rayu yang tersesak
tak semua sanggup terungkap
ternyata kita masih tak mampu berprosa apa adanya, masih memuisi dalam kias-kias yang temaram.

Bekasi, 24092019
Poetoe

Menikmati berita dengan kaca mata cinta

waktu terhidang di sajian pagi, berdua kita berhadapan
sambil bertatapan kita nikmati semangkuk waktu itu perlahan
berteman secangkir hasrat yang hangat
tangan kita bergenggaman, dengan kaca mata cinta menikmati berita pagi
betapa nyawa seperti kawanan anak itik di tepi telaga maut
sangat dekat, sekali langkah lalu lompat.
sudah.

perlawanan hanya basa basi mimpi yang berambisi tampil di panggung kenyataan
bergantian
bentak membentak
teriak meneriaki
elok tubuh kebodohan yang tanggalkan baju kepura-puraan
satu-satu
bugil tanpa tabir
jujur yang terlambat hadir adalah aib kedunguan yang berdendang sumbang

maka sudahilah,
lelah jiwa rindu pelukan
letih hati harap kecupan
berkelindan kita dalam pagi yang beranjak siang.

Halte pancoran tugu, 25092019
Poetoe

Pembunuhan rindu

bagaimana kau bunuh kerinduanmu?
apakah dengan mengabaikan suara-suara dalam detak jantungmu, yang terulang ulang itu?
ataukah dengan memenuhi liang ingatan dengan kata-kata bising, hingga tak lagi ada ruang untuk nama yang menanam janin rindu itu dapat tinggal lebih lama dalam jiwa.

entahlah, bagaimana kau bunuh kerinduanmu itu.

aku mungkin tak kan mampu ikuti jejakmu, karena membunuh rindu itu serupa membunuh sisi nyawaku yang lain.
aku akan menjadi makhluk sebelah
dengan sisa rasa yang terseret di lini masa
perih yang sayat menyayat
pedih yang ratap meratap

rindu pun aku kuliti lalu aku lipat di sela sela saku.
ia tak mati,
hanya megap megap saja.

Tebet, 25/09/2019
Poetoe

bekal benar yang nanar

hiruk pikuk dan gaduh iringi langkah kami penuhi jalanan
pekikan dan teriakan menjadi nyanyian jalanan
dan sekantung kebenaran aku ikat di dalam tas jiwa.

berbaris
bergandengan tangan
berderap langkah
menutup jalanan, bahkan jalan tol tak lagi bisa dilalui

kebenaran dalam tas berdenyutan
seperti berharap aku lepaskan
tapi siraman water canon, gas air mata memburamkannya
kata-kata menyembur tak terkendali
semakin jauh jarak memisah, makna tersengal kehabisan napas.

berbaris
bergandengan tangan
berderap langkah
bahkan saat mobil dinas plat merah lewat, kemarahan tanpa arah pun menyala
batu
tongkat kayu terayun
kaca pecah berhamburan
darah pengemudi tanpa dosa
tak jelas lagi
tentang apa ini

kebenaran dalam tas pun bergetar
sesenggukan ia menangis
semua jadi sumbang
berbiaklah bimbang
masih dalam barisan, aku bernyanyi dalam isak
air mata seperti tanpa cinta
kesepian yang sempurna.

Bekasi, 25092019
Poetoe

Senin, 23 September 2019

Pak Anto.....

adalah muara tempat bertemunya kenyamanan
sandaran hati sebagai sahabat
perisai karier atas tugas
menyatu dalam mata air nasehat sebagai orang tua di belik jiwa

adalah pengingat betapa pentingnya berencana
karena gagalnya berencana adalah berencana untuk gagal
semua hal seperti pernah dipikirkan
terjawablah ketenangan itu lahir dari pengetahuan yang penuh dan utuh atas risiko

adalah mesin produksi atas canda verbal
bermain dengan kata kata dan makna
hingga tanpa sengaja acara ngopi bersama kita
menjadi serupa pelatihan tes potensi akademik

adalah pilar keluarga di ruangan seksi kita
bekerja sama sebagai keluarga
saling menyapa sebagai saudara
saling berbagi segenap hati.

terima kasih pak Anto.

F4ntastik Ningrat
Seksi Waskon IV
KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan
23092019

Senin, 02 September 2019

Hai

siapa yang sanggup putuskan untuk jatuh cinta?
atau untuk tidak jatuh cinta?

bertahan dalam pijakan nalar, dengan mengulang-ulang terma logika berharap tetap tak terjatuh dalam kubangan rasa, tapi apa daya

pesona itu seperti pasukan yang mengurungku, dalam indahnya senyum, gemulainya gerak tubuh, lembutnya kata, tajamnya tatap mata, lengkap.

aku terdesak.

siapa yang sanggup putuskan untuk jatuh cinta?
atau untuk tidak jatuh cinta?

senja kucoba akhiri dengan satu putusan
menghampirinya,
nafasnya terdengar seirama dengan detak jantungku, perlahan berkejaran, detakku bertambah cepat, sementara nafasnya melambat.
senyum.

Ugh.

semua kata minggat
tercekat

"Hai"

Bekasi Timur, 02092109
Poetoe

Sesat sasar di rimba kata

kawan, kau tersesat
ini rimba kata memang berbelukar metafora
aku tahu kau kehilangan arah
makna yang kau cari lenyap di rerimbunan semak tanda baca.

kawan, kau tersesat
karena cara memandang objekmu keliru
yang kecil mestinya kau teliti, justru kau baca sambil lalu
yang besar mestinya kau mundur untuk utuh menyentuh, justru kau dekati hingga hilang makna umumnya.

kawan, kau tersesat
kehilangan fokusmu karena kebisingan yang kau ciptakan sendiri
kau terlalu pintar ciptakan masalah-masalah baru dari satu masalah yang sejak lama tak juga kau selesaikan.

kawan, kau tersesat namun seperti tak sadar dalam sasarmu
jadi mesti bagaimana aku selamatkanmu?

Jatibening, 02092019
Poetoe

Nyanyi muram lelaki bersayap

mungkin kau bosan saat berulang aku bilang aku sayang
padahal memang benar dan benderang
tanpa basa basi

mungkin kau enggan saat aku ajak kau terbang di langit senja
padahal sungguh aku butuh
karena di bumi kita tak bisa saling rasai

mungkin kau muak saat aku katakan cinta
padahal benar, aku tempayan yang tumpah penuh olehmu
bertahan tak mengatakannya hanya bunuh diri karena bisa meledak aku olehmu

mungkin kau memang tak sudi sekedar berbagi senyum
mungkin memang ketaklayakanku untukmu demikian mutlak
tak terbantahkan

mungkin.

(Lelaki bersayap itu duduk muram di atas atap halte Pancoran Tugu, di samping kantorku)

02092019
Poetoe

Pertarungan kata

Kita butuh terpejam sesaat, setelah kata-kata berhamburan dalam bincang sore itu.
Teringat dulu saat Rasul dibebani pesan wahyu, dan titipan kata-kata yang berat itu, maka Tuhan perintahkan tugas tambahan untuk terbangun tengah malam, sujud dan berdoa.
Pertarungan butuh bekal dan amunisi, juga dalam pertarungan kata-kata, butuh endapan pikiran yang bernas dan jernih hati. Pejam dan rapal dzikir adalah energi.

Kita butuh sandaran jiwa, dalam lepas tengah malam, agar sempat istirahkan hati, walau sekejap.
Diam itu ada terang benderang pelita, seperti momentum emas saat mozaik teka teki hidup itu tiba-tiba tersusun. Klik. Semua menjadi mudah.

Sakinah jiwa, muthmainnah hati, bashirah pikiran. Paripurnalah kontemplasi dan meditasi ini.

Aamiin.

Bis transjakarta, 02092019
Poetoe

Minggu, 01 September 2019

Bang Jampang

ia pengembara di lini masa peran dan fungsi
berkibaran awan mengiringi
jabatan demi jabatan datang dan pergi
hanya sisa tanya di akhirnya, jejak apa terukirkan?

ia memulai semua dari kata nyaman
kantor adalah rumahmu jua
jika teras rumahmu nyaman untuk nikmati kopimu, maka kantor pun mestinya begitu
jika meja makan di rumahmu tempat asyikmu berbincang maka demikian pula kantormu

maka pepohonan dirapikan, kantin gelap disulap jadi kafe, masjid meluas, gudang kosong menjadi ruang-ruang bincang yang tenang

dalam nyaman otak dibiarkan berkreasi diam-diam

ia dan penugasan serupa joki dengan sang kuda
seliar apapun kan coba ia taklukan
tak mudah untuk katakan tak bisa, karena penyangkalan tugas hanya menutup pintu kemungkinan menuju sukses
katakan iya saja, lalu memeras tenaga untuk meraihnya

kita punya otak kenapa tak dioptimalkan?

lalu berlarianlah kuda berpacu
debu beterbangan
melecut dalam ringkik
kendali erat tergenggam
hanya titik yang dituju yang terlihat
hanya titik yang dituju yang terlihat

lalu memerciklah residu juang itu
menjadi kembang api dalam seduh kopi, nyanyian bersama, sajian berbuka di setiap pekan, berbagi ke sekitar tanpa henti, terus bergerak, terus bergerak

ini hanya aksi dari reaksi atas kenikmatan yang telah terlimpah
ini hanya bukti pengabdian
hanya tak ingin menyerah
hanya tak ingin berhenti
karena berhenti bisa membuat kita mati.

KPP Pratama Mampang Prapatan, 02/09/2019
Poetoe

tangis pagi

terjaga pada isak pagi dan sisa lelah yang tak sempat terbasuh
dihidangkan secangkir kopi dan berita dalam nampan basa basi,
tapi apa cukup?
kesepian terlalu pekat
serpih-serpih kebencian
remah-remah gelisah

bahkan percakapan pun tak mampu genapi rasa ini
hanya menjadi dengung kumbang di pangkal benak
berloncatan saling tabrak

2019
Poetoe

Mencari jejak kenangan

mencarimu di jejak jejak lama
di atas tanah basah, rerumputan juga putung rokok
pada akhirnya semua kan menyampah
ada, terpakai, lalu jadi sisa

bahkan cinta??

mungkin pula atas segala rasa
dari percik api kecil
menjadi gelora api penuh percaya diri
lalu kembali tunduk tahu diri
hanya pejam tatap bara perlahan padam dalam senyap

2019
Poetoe

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...