Jumat, 11 Mei 2018

Air mata

Bagaimana sebuah lagu membuatmu menangis, seperti juga sebuah puisi, seperti juga satu berita sederhana bisa saja membuat air mata tumpah.

Menangis adalah berkah, karunia atas kesedihan yang terasa, seperti kucuran air kran yang membilas gaun jiwa, maka kubiarkan saja deras mengguyur seisi hati.

Bagaimana kesadaran atas kelemahan diri itu menuntun kita untuk merapal doa perlahan, doa agar diberi ketegaran saat cobaan datang menerjang.

Karena cobaan pasti datang, entah kapan entah seberapa dahsyat.

Kita butuh bekal tegar, agar apa pun, kapan pun, bagaimana pun kan sanggup hadapi.

Lalu aku aminkan, di terik siang ini, dan air mata ciptakan kilatan cahaya pantulan mentari terang ini.

Subang, 01042018
Poetoe

Syarm

kehangatan yang datang bertamu
demikian cepat dan lalu
tergugu tak sangka
tiba tiba saja tersibak semua tabir

sapa dan basa basi itu terlipat bersamamu
dekat lekat serupa benalu
mengunyah segenap raga
tiba tiba saja terjebak aku dalam khawatir

menarilah ku
bersamamu
pada gembur lumpur benak
khayali yang tanak direbus gulita hati

pesona kita, basi
terlena kita, dunyawi

fuih.

Bekasi, 29032018
Poetoe

debar terbang menggelepar

menitipkan debar pada angin malam
di sepanjang jalan bebas hambatan
terbangnya kusaksikan
berkelebatan serupa bulu terhembus angin

debar yang kutitipkan itu adalah rindu yang mencemburu
kehangatan ingin bertemu namun terburu buru
ada serpihan gelora api kecil
ketakutan kehilangan yang berlebihan

debar yang tertiup angin itu mengangkasa
gagah ia di hitam langit malam
perkasa mengangkangiku dan kesepianku
mendongak menatapnya resah

apakah debar itu kan sampai padamu?
sedang jarak mematah harapan
dan waktu memutus impian

masihkah bisa bertahan?

debar itu menggelepar di hamparan awan gelap
dan nanap aku menatap dengan air mata berkilap
sendiri yang ranum
meski di tengah ramainya penumpang.

Jelang bekasi, 29032018
Poetoe

ah, cinta.

cinta bukan beban
bukan pula aset yang bisa disusutkan
cinta itu bilangan eksponensial

cinta terkadang merasa kudu diungkapkan
padahal penidakungkapan itu pun cinta
cinta tak serupa amnesti pajak
sebelum diungkapkan harus bayar dulu tebusan

dan cinta adalah energi
terkadang berubah
dari energi potensial ke energi kinetik
sudah kau hitung gaya geseknya?

cinta.

Jatibening, 29032018
Poetoe

getir kata manisnya kopi

beradu argumen lalu sepi lagi
bertukar ide lalu sepi lagi
berbarislah instruksi lalu sepi lagi

dan kopi adalah saksi
rasa yang berkonversi
saat kata kata mulai getir
segelas kopi pahit itu mulai terasa manis

tak ada yang basi
jika pun ada perih
jalani saja
perlahan akan jadi nada yang bersahaja

pelan
tenang
dan ngena.

sini
duduk dulu
dengarkan baik baik.

Masih di tol, 29032018
Poetoe

tersesatku

dalam gelap semak dan rimbun pohon, tersesat di rimba dan seolah malam tak berujung.
setiap langkah hanya menambah parah, kehilangan arah.
duri dan tepi ilalang yang tajam menggores sekujurku.

dalam galau yang sesak dan keresahan yang paripurna, tersesat di genangan hasrat dan seolah gelap tanpa tepi.
setiap jejak hanya menambah gelisah, resah yang basah.
dosa dan rasa bersalah berlipat lipat membungkus tubuhku.

adalah pijar sadar yang kuharap
serupa peta untuk jalan pulang
serupa lentera yang pandu langkah
jejak demi jejak

semoga.

Masih di tol, 29032018
Poetoe

pengorbanan itu kesedihan

pengorbanan tak mesti harus darah tertumpah, atau tetesan air mata.
pengorbanan bisa jadi sekedar kesepian dan rasa sedih ditinggalkan. mungkin juga dilupakan.

pengorbanan tak selalu diketahui orang lain, bisa jadi ada dalam ruang sepi dan sunyi. sendiri saja.

pengorbanan bisa jadi kesiasiaan yang tak bersisa.
saja yang bahkan bertemu dengan hanya, sekaligus cuma.
betapa tak berharganya.

pengorbanan bisa jadi ketidakberhargaan itu yang sejatinya demikian berharga menurut kita.

sedih memang.

demikianlah kita berikan kesedihan itu sebagai penghargaan atas pengorbanan itu.

Halte UKI, 28032018
Poetoe

memeluk jarak

meraba setiap depa dengan helaan nafas dalam,
meneliti setiap lengkung kurva jiwa dengan gentar gemetar dada

apakah muasal dari pertemuan?
bukankah terkadang lahir dari ketidakpastian?
bukankah tanpa rencana itu tidak lalu semakna kemustahilan?

limbung, lalu rindu dinding untuk bersandar
lengah, lalu butuh sentuh untuk tetap sadar.

padamu yang entah siapa dan tak seberapa aku kenal itu, ku minta tabik tanganmu, ajak aku dalam gulitamu.
kuingin rehat barang sejenak.

Halte UKI, 28032018
Poetoe

sepimu

kesepianmu memanggilku.
tiba tiba aku di sini sibuk bermain dengan api di tungku ingatanku.
benak menggelegak, terkapar dalam debar, semua olehmu.
kesepianmu menggodaku.

angin bertiup api meliuk namun tak lalu padam.
gelora itu bersembunyi rapi dalam bongkah bara.
jendela itu pertemukan dua dunia,
maya dan nyata.
tak juga selesai, sisa sesak di pangkal dada.

sepi itu interlude
jeda yang menggoda
kumainkan nada pada senar bass
serupa inginmu
serupa ingin kita.

Halte BNN, 28032018
Poetoe

terlanjur sepi

kesepian di sini, tanpamu
angin di luar merana
suara suara dalam dada
berdesis merdu, teramu
dalam adonan kerinduan palsu
sepi

serius kubutuh kamu
sekedar bincang tak perlu saja
juga gelas kopi pada satu senja
sesap pahitnya berteman manis senyummu

terlewat semua
kecewa mengaduk aduk waktu
bising teramat ngeri itu terlanjur berlalu
terlewat sudah semua

kamu
tersisa
di bibir gelas
juga tepi meja

ah.

Halte BNN, 27032018
Poetoe

Bincang beda

adalah konyol karena beda lalu marah.

mengaku sajalah, kalau marahmu itu karena takut kan,
takut kalau nanti orang orang beda itu akan menjatuhkanmu.

terkadang lupa
kita butuh orang orang yang beda cara pandang
agar seru hidup
agar berwarna cerita kita

bahkan caci maki dan kalimat tajam yang mempertanyakan pandangan kita adalah obat terbaik
vitamin demokrasi

yuuk, ngopi bareng
sambil bincang tajam masalah beda kita
asal jangan baper
karena mengambil benda butuh banyak jari
mengambil makna pun butuh banyak cara pandang.

Bekasi, 27032018
Poetoe

tarbiyah anak kita.

mimpi tentang esok adalah energi
kemantapan langkah adalah tahu kemana kita pergi
dan senyum anak anak adalah perigi
tempat mimpi dan harapan itu terbagi

adalah meletakkan batu bata
bangun peradaban dengan rencana tertata
rangkaian dari banyak cerita
terikat oleh tetes air mata

haru
juga sedih tergugu
simponi lama
serupa doa yang menggema

semua harap
tak kan layak jadi nyata
jika tak dapat ijin dari yang maha kuasa
kita butuh doa dalam rapal dan ratap

teraminkan
siang itu
dalam riuh cengkerama serius
susun kurikulum jiwa anak anak kita.

(catatan untuk hari ahad yang pekat makna)
halte pancoran, 26032018
Poetoe

Rah asia

teramat sayang, lalu kusimpan saja kamu di lembaran buku tebal itu. agar tak perlu ada yang tahu, agar tak perlu ada yang temukan kamu.

dan menjengukmu hanyalah lewat jendela itu. memandangmu dalam segala aktifitasmu, memasak, minum kopi, bersiap bekerja. hanya dari jendela itu.

saat rindu pun aku kebingungan harus apa. terkadang hanya berbisik pada lirih sambil memandangmu. bisik yang tak terdengar.

jendela kecil itu tersimpan di rimbunya rimba kata dalam buku tebal itu. harus sibakkan julur julur kalimat, perdu tanda baca, juga duri ejaan salah baca.

kusimpan rapat rapat karena teramat sayang. jangan takut oleh lama, karena waktu tak lagi relevan di ruang ini.

Bekasi (di atas ojeg) 26032018
Portoe

sayapku basah

hujan sore
sayapku basah
terlambat berteduh
kupaksa terus terbang
di atas tugu dirgantara hujan semakin deras

harus turun
harus mendarat
darurat

landasan terdekat adalah halte
banyak orang
tapi biarlah
sudah saatnya mereka tahu
ada makhluk sepertiku

sayapku basah, kulipat sebisanya
orang orang kaget
sudah kuduga
adalah tak wajar manusia dengan sayap burung sebesar ini, mendarat di halte, basah kuyup lagi.

aku tersenyum, sambil meminta maaf
khawatir mereka basah kena kibasan sayapku
maaf.

keanehan seringkali belum bisa diterima
manusia terlalu sering berbiasa
sehingga yang tak biasa menjadi tak mudah diterima
padahal apa salahnya manusia bersayap
jika burung pun bersayap mengapa manusia tidak?

apapun yang terjadi aku duduk menunggu di bangku halte
dengan debar cemas tertangkap satpam.

halte BNN, 26032018
Poetoe

gila yang serius

kehilanganmu
sejak kejadian itu
aku malu
dan kau tahu aku memang malu

mungkin

kegilaanku sebenarnya adalah pesan
bahwa aku tak rela menjadi tawanan kewarasan
akan kupimpin segala kegilaan hingga mencapai kemerdekaannya

kau sih

aku menggilaimu
walau tak terlalu gila
tapi aku serius
bergila dengan sungguh sungguh
agar dapat raih gelar gila yang terbaik

karenamu, iya. kamu

biasa selalu tak pantas untukmu
maka kukeluarkan semua
agar selalu tak biasa
keluar dari batas standar kebanyakan orang

nah.

Halte BNN, 26032018
Poetoe

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...