Rabu, 29 Januari 2020

Tanpa Usia

kuulang di kepala, bagaimana jumpa seolah timba temukan kita dan angkat kita dari perigi mimpi
tatapan mata yang selintas
entah malu entah takut

pada jam yang berjarum tajam
kita saling hantamkan senyuman
budak masa tertawakan kita
saat resmi jadi tawanan
terikat pada kata-kata cepat, kekaguman yang tersesat

beda itu tentang jarak, juga waktu
rindu itu malu-malu
norma jadi irama,
berdalih keindahan ketukan, langgar saja
interval pun jadikan tumbal

harapan bisa menjadi makhluk tanpa usia
tentu sia-sia
bukankah sejak awal penciptaan goda iblis itu nikmat kekal yang bunuh waktu dan kefanaan?

Muntilan, 29/01/2020

Kita Hanya

kita rebah dan menyerah
pasrah pada permainan waktu
terseret arus darah
gegas beranjak menutup pintu

kita takluk oleh semesta
perlahan melemah
muda menyala lalu tua renta
tanpa cinta kita remah sia-sia

kita hanya dua tatapan saling dekap
membaca mata ciduk makna dari telaga
menyalakan pelita teguk hikmah sembuhkan dahaga
kita dua wajah saling basuh jelaga

Muntilan, 29/01/2020

Rumah

laut selalu bergerak
riak, debur, ombak, badai
hidup pun bergerak
senyum, tawa, murung, tangis

hinggap di tepian
lembut menyentuh pasir atau keras tampar karang
beda selalu saja jumpa
hanya lembut rangkul atau keras terjang

selalu ada cara
selalu ada jalan
bandul akan bertemu titik tenang
redalah air di ceruk teluk

selalu ada cinta
selalu ada rumah
debar gelisah bertemu sang pawang
redalah kau di hangat peluk.

Muntilan, 28/01/2020

Catatan Perjalanan

mengemudi itu menatap ke depan
sesekali saja melirik spion
jalani hari itu menata batu bata harapan
sesekali mengintip ulang masa lalu

berkendara itu perlu goda dan canda
agar bosan tak kuasai mata
kata-kata itu senjata
menyentuh hati hingga debar dada

pada peta yang kita baca sama-sama
pada tempat tisu di antara tangan dan mata
pada buah pinus kering disimpan kenang
pada huruf-huruf di balik bayang bincang

kita beri nama di setiap ruasnya
adalah hal-hal pertama
sebagai akar sejarah
mengendap dalam air darah.

Muntilan, 27/01/2020

Keliru dan Aku

keliru dan aku seperti benda dan bayangan
mengikut saja
tanpa ada langkah gegas tapi tak pernah tertinggal
memeluk erat seperti ransel jinjing

dekat lekat
menanti-nanti sempat
saat terlena ia melompat
permalukan aku tanpa gelagat

keliru dan aku seperti seteru tanpa jarak
biar tak suka, aku tak bisa bentak
hardik ia pergi
mau kuinjak, ia justru menyelinap dalam hentak
mau kutendang, ia bahkan melayang dalam dendang

keliru itu meniru-niru lakuku
ia bisikan harapan,
ia bangun sempurna diisi kepala
agar aku luka saat tak sesuai

Magelang, 27/01/2020

Semenjana Senja

menyusun mozaik
dari kepingan temu
satu-satu
kelas, kafe, lalu ditelan senja

menghimpun kenangan
dari remah senyum
satu-satu
sapa, tatap, lalu digenggam malam

angin mengusap pipi
kisah itu menyapa mimpi
kehilangan dan nama yang sama
pertemuan dan kebetulan

bincang terjebak di batas buku
secangkir kopi dan jejak genang di meja kenang
berdua melepas harap terbang dengan sayap-sayapnya

kisah ini tak tercatat
sengaja dibuang di selokan lupa
tapi tak hilang
karena kelopak mata itu sempat mengerjap bersama, dekat.

2020

Menghujamkan Cahaya

para penyeru menata kata jadi deru
sepasukan makna berderap menujuku
menghujamkan ilham
kebenaran yang meninjuku

para penyeru menebar kata ke segenap penjuru
membentangkan peta kemana hidup akan menuju
benderanglah terang
cahaya itu beterbangan menuntunku

berjalan tertunduk
betapa hina
merapal mantra sihir kata
hanya semata mainkan rasa

Muntilan, 26/01/2020

Bagaimanakah Rindu itu Terobati?

duduk diam menanti yang tak pasti, adalah menyanyi tanpa tanda birama di tangga nada.
lagu jadi tak pernah benar-benar siap berhenti.
sampai akhirnya telepon berbunyi, dan ada suaramu di sana.
menanyakan kabarku, dengan gelak bahagia, seperti tinta hitam di kanvas putih.
tawa menjadi jelas dan nyaring, karena latarnya adalah murung yang terkurung lama.

dan menyimpan murung adalah seni menikmati penantian.
tak tersimpan hanya akan merusak suasana.
berpura bahagia itu dusta, tapi penting untuk membangun cerita.
karena secara abjad c dan d berdekatan, salah langkah cerita bisa jadi derita.
maka percakapan adalah tukar kabar berita saja, bukan tukar derita.

rindu pun terobati, setelah cinta saling tikamkan belati.
telepon ditutup.
jeda tanpa birama yang jelas pun kembali dimulai.

Ruang Tamu

duduk di kursi ruang tamu, membiarkan matahari mengintip dari jendela, di meja terhidang sepiring kata-kata, senampan harapan, dan seikat ingatan masa lalu.

bersandar pada punggung kursi, tersadar hidup itu tentang menanggung dan menjawab, ada nyawa-nyawa tumbuh dalam pelukan, juga air mata basahi dada, sesenggukan yang butuh peluk lebih erat.

rak itu menempel di dinding seperti kehidupan, dengan kita seolah buku-buku. saling baca saling eja. sesekali kubiar lembar terbuka, telanjang aku tanpa metafora.

senja semakin merah, kau hidangkan segelas kopi mimpi. tanpa gula tanpa duga sangka. kunikmati sesap-sesapnya, penuhi kening dengan kenang dan senang, dan waktu hening bergeming.

Temanggung, 22/01/2020

Kopi Pahit

pagi itu sapa lagi
kopi itu kosong dan sepi
pahit itu nestapa dan rumit

nikmati setiap sesapnya
pahit yang kaya rasa
dan banyak aroma lengkapi jiwa

nikmati setiap tatapnya
mata indah dengan telaga
dan ruang-ruang cinta

pagi, secangkir kopi pahit
menanti kau lewatiku
senyum manis itu pun, cukup.

Temanggung, 14 Januari 2020

Sekadar Juara

harapan itu nyala api lilin kecil
terbang di sisi
angin meniupi
jemari kecil itu melindungi

di tengah padang pertempuran gelap dan terang
penjaganya nalar untuk tetap sadar
remang keraguan adalah musuh santun
tanpa pijar tekad kegelapan akan datang beruntun

akhirnya reda api perang
gelap dan terang damai bersalaman
tersadar kalah menang itu bualan
senda gurau dunia saja
padahal terlanjur tercurah lelah untuk sekadar juara

Muntilan, 12/01/2020

Setelah Senja

bekejaran dengan gelisah, berebut cahaya senja
dalam gegas jumpa hanya kata-kata bergetar oleh debar
senyum dan genggam tak hentikan resah

deru jalanan dan kendara melipat kota
papan nama bangunan lama
rehat sesaat terkadang kita pun sesat
derit pintu, lalu dekap terburu-buru

bertukar gemetar, beradu dadu
yang erat terikat perlahan melemah
padahal masih nyala
peluh lalu peluk, pinta maaf lalu puisi berbisik-bisik

2019-2020

Lesap

sepi datang bertamu, sejak aku kehilanganmu
jendela maya dalam gadget pun kehilangan nyawa
tanpa pesan-pesanmu, layar gawai itu usang
tanpamu, untuk apa

sunyi hinggap memelukku, sejak kepak sayap senyap itu terbangkanmu
tanpa kata tanpa lambaian tangan
hilang saja, tak berpulang tak berdatang
waktu beku, tak bertadi tak bernanti.

Terima kasih

Sebenarnya terima kasih itu apa? Apakah kuterima kasihmu? Ataukah kuterima dengan segenap kasihku? Ataukah terimalah kasihku?
Entahlah.

Jika bahas dua kata ini di hari ini, terima kasih, maka yang aku ingat adalah terima kasih istriku. Seorang yang telah menemaniku lebih dari dua dasawarsa. Sabar dengan segala kelambatanku memahaminya. Ia mengisi setiap sela-sela jiwa yang kosong. Gelisah dan resah jadi tak betah lama-lama tinggal di dalam hati.
Saat aku gagal, ia yang bisa dengan segera mengabaikannya. Tanpa dia ucapkan gaya dia mendengarkan keluhanku seolah berkata, "sudahlah, kamu bisa lebih baik dari itu," lalu segelas kopi dan senyuman itu selesaikan semua kecewa.

Terima kasih, istriku. Kuterima kasihmu, kuterima kau dengan segenap kasih, jadi terimalah kasihku.

Bekasi-Muntilan, 08/01/2020

Terbunuhnya Dunia

lawakan dunia terbesar adalah pencapaian
gairah meraih berapi-api
namun kebingungan saat tergenggam
di dada tersimpan berjilid-jilid mimpi

hidup hanyalah canda dan permainan
jadi tak ada alasan untuk takut dan kalut
hadapi ujian dengan senyuman
eyahkan marah, usir sedih nan pedih

dunia itu si pesolek buruk rupa
menebar tipu daya
menjerat jiwa dalam rasa selalu papa
tanpa malu mengiba-iba selalu

jika tiba masa
akan aku tikam dunia tepat di dada
agar tersungkur mati di tanah lapang hati
lalu kukibarkan bendera merdeka
jiwa bahagia penuh gelak tawa.

Bekasi, 07/01/2020

Selasa, 28 Januari 2020

Gelebah

oleh: nugroho putu

pedih tanpa teriris
sedih tanpa menangis
kupilih sepi
kudidih mimpi

cinta lenyap dari peta
langkah sasar bergulita
mencari cari di rimba kata
pesona dunia terlalu gempita

kau terbang dengan sayap senyap
di langit malam gelap
bintang pun terlelap
kucari-cari kau rapal doa penuh harap

tiba-tiba tak ada, bahkan bayangan pun tak bersisa
mungkin moksa atau sublim dalam hawa
beterbangan ruh-ruh penjaga
gelisahku menuntut jumpa.

Bekasi, 04012020

Cintia

(tentang Sinta dan Laksmana)
oleh nugroho putu


melihatmu tersenyum di bawah senja keemasan
setelah menanti penuh kecemasan
apa itu cinta? tak pernah berjawab kecuali hangat genggam dan kata-kata bersayap

hanya dadu teraduk oleh waktu
dan kalimat yang terjeda oleh tanda baca
lalu resah oleh rasa bersalah
seperti nyanyian burung hantu di jelang malam

padahal rindu membatu
berharap terulang oleh mesin waktu
lalu kecup itu lebih lama
lalu peluk itu lebih erat

hanya batu takdir yang telah diletakkan
dan kita dua himpunan tak beririsan
palung dalam mengantara
hanya kata "relakan" yang bisa hentikan badai.

Bekasi, 07/01/2020

Simpul-simpul Kebetulan

Sejarah itu bisa jadi hanya kumpulan dari kebetulan-kebetulan, seperti sebuah pertemuan terlahir oleh banyak faktor. Dimulai dari keputusan tokoh-tokohnya. Seperti perjalanan yang dipilihnya, waktu yang tepat, pilihan moda transportasinya, bahkan tiket yang dibelinya.
Keterlambatan yang awalnya membuat kesal, bisa jadi momentum yang disyukuri di kelak hari. Entah terlambat itu menghindarkan dari celaka, atau terlambatnya menjadi sebab pertemuan yang menggembirakan. Siapa sangka.

Seperti sebuah pertemuan yang tak terbayangkan menjadi perkenalan yang hangat. Bertukaran identitas, lalu segelas coklat panas, memperbincangkan puisi yang pernah tercipta, bahkan berlanjut ke bahasan esok, bekal hidup, juga kehidupan pararel yang termungkinkan oleh khayalan.

Jadi setiap jengkal kebetulan adalah percikan bara bahagia yang lahirkan rasa syukur, di mana pun dan kondisi bagaimana pun. Memang terlalu banyak alasan untuk tetap bahagia, terlalu penuh dada untuk terus tersenyum.
Sudahkah kau hapus sesal dan sedihmu hari ini? Berapakalikah kau sudah tersenyum hari ini?

Selamat terus dan tetap pelihara energi bahagia ini. Selamat.

Bekasi, 03/01/2020
nugroho putu

Senandung di Stasiun Ciledug

bangku ruang tunggu berbaris kaku
rindu duduk di sudut menunduk
air mata mengalir dan langit bersyair
gelapnya terlelap mimpi-mimpi sepi

kata-kata seperti terdampar di ruang-ruang tua
keinginan menjadi serupa nenek-nenek berdandan sok jelita
padahal kisut keriputnya jadi nestapa
betapa banyak hasrat yang justru menyayat

luka-luka seperti tanda
diukir pada prasasti hati
bahwa pernah ada jelaga
dan jejak air mata di mozaik hari

Cirebon, 02/01/2020
nugroho putu

Buah Apel Dalam Film Romantis

seperti percakapan dalam film romantis yang aku ingat: "terima kasih telah mencintaiku." gadis itu mengatakannya dengan suara bergetar dan mata jelang berlinang
"terima kasih telah ijinkan aku terus mencintaimu." balas lelaki sang pecinta itu.
padahal di akhir cerita mereka tak bisa bersama.

rasa memang ditaburkan saja dalam nampan masa,
bertebaran tumpang tindih
ada cinta ada tak rela ada sayang ada enggan pengakuan "aku hanya ingin kau berusaha lebih lama." #suara perempuan "aku memang bodoh, karena hanya orang bodoh yang bisa bertahan terus mengejarmu." #suara laki-laki

adegan-adegan itu aku biarkan lalu lalang di panggung mimpiku
dan aku terpesona dalam pikat, menanti untuk bertepuk tangan di akhir cerita
tak peduli akhir itu adalah air mata.

Muntilan, 02/01/2019
(Terkesan oleh kisah cinta di film "You Are The Apple of My Eye")

Kidung Para Pencari

kita para pencari
berlari-lari di sepanjang ruas hari
tanpa henti meneliti tiap senti
dengan iringan getar doa sepenuh hati

kita para pencari
dengan usaha gigih, hasil pun tak khianati
namun bahagia itu penuh goda
sesak jumawa penuhi dada

padahal kita hanya pencari yang pengabdi
seluruh hasil hanya "dibuat berhasil"
ada Dia yang kuasa
kita hanya hamba tanpa daya

jika jelang akhir ini kita lupa
maka celaka kita dalam sia-sia
karena nilai tak pernah layak disematkan pada angka
yang terendap dalam hati itu yang kelak terbaca.

Temanggung, 31/12/2019
Poetoe

Awal Tahun

tersadar sebagai cicak malam ini
terjebak dalam jam dinding
terendam air dalam banjir
tersekap dalam nyanyian hening

01/01/2020

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...