Senin, 28 Maret 2016

Gimbal, RIP


Senja, aku mau cerita tentang kepedihan
karena ada berita kematian yang baru kudengar
kematian seseorang yang entah siapa
tubuh kurusnya sempat aku sapa kemarin lusa
terbaring saja di samping jembatan

Kepedihannya masih tersisa
seperti paruh burung waktu yang mematuki tengkorak ingatan
betapa sepi jiwa tanpa nalar sehat?
tubuh renta dengan rambut gimbal yang akrab duduk duduk saja di sana
tatapan matanya masih saja malu, bahkan saat terakhir aku sapa....
berusaha tak hendak berserobok
jika benar itu malu, aku jadi rasakan pedih itu semakin melebar

Senja, aku ngilu oleh senandung itu
senandung kehilangan yang berpeti peti
saat tak ada lagi yang dipertaruhkan karena hilang itu demikian sempurna
seolah tak lagi ada lalu tak ada lagi nanti
dan matahari senja memberi makna pada rasa
dan gulita lah
.... sesiapa kita bisa saja. bisa saja.

bekasi,  28/03/2016
poetoe. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...