benak penuh, rasa juga harapan berkelidan di rongga kepala
terseok seok di pintu tol, bergegas mengejar waktu maghrib yang nyaris usai.
ada merah putih, ada bayangan negeri di kelak hari
detail, semacam platform atas angan angan masa depan
musola kecil, di sebuah apotik
pintu kayunya menusuk jariku
nyerinya luar biasa. aih
ini bahasa Tuhan mengingatkan
seperti menarik kaki yang tadi nyaris melambung terbang ke arah purnama
ditarik kembali dalam nyata
serpihan kayu kecil sudah cukup menyiksa
tiba tiba teringat, badan kurus ini hanya pendosa yang sok pamer kuasa
merasa bisa pikirkan dunia
padahal picik, lemah, berendam saja di genangan ketidaktahuan dan ketidakberdayaan.
air mata.
air mata sesal dan malu.
aku menghiba ampunanMu.
Bekasi, 14022018
Poetoe
Rabu, 14 Februari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar