ada yang tertinggal
berlari kembali
ternyata kenangan tercecer di entah genangan yang mana
berhasil kutemukan rindu di laci meja kerja
terserak bersama remah remah pedih dilupakan
bergetar ia, segera aku kantongi
kantong atas, agar dekat dengan jantungku
samakah sakitnya, ia melangkah pergi menjauh
atau kau yang beranjak berjingkat melupakan?
mana lebih sakit, saat belati tertancap ataukah saat ia dicabut paksa dan darah menyembur keluar?
untuk apa kau tanyakan?
bukankah pada akhirnya akan sama terkapar?
...
dan biarkan saja, jika tubuhku pada akhirnya menggelepar di lantai
halte, darah berceceran, dan senja mewarnainya hingga tampak keemasan.
bukankah kau sudah merasa cukup terluka walau hanya menyimpan sekantung kecemasan?
lihatlah bagaimana fragmen ini berhasil kau menangkan.
aku mati.
dan kau hanya menangis saja memegang belati.
Halte pancoran tugu, 09022018
Poetoe
Rabu, 14 Februari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar