Paradoks.
Matahari terang di luar sana
sedang hati menggelap dalam murung di sini.
Ada air mata,
Tapi enggan jika disebut ini kesedihan
Ini hanya diam yang panjang
Jika air telaga terusik dan mengeruh
Kita butuh sesaat saja
Mungkin juga bersaat-saat
Dalam diam yang pekat
Memberi ruang lumpur yang terangkat kembali mengendap.....
Paradoks.
Saat coba lupakan justru semua kenangan terangkat kembali....
Seperti juga ketika coba mengingat sesuatu, justru bangunan kenangan itu yang runtuh perlahan.
Paradoks.
Saat akal sehat coba mengambil peranan,
Justru tersadar betapa pentingnya rasa
Dalam setiap pengambilan putusan.
Begitupun saat ingin libatkan banyak rasa dalam alasan berbenah ini,
Justru air mata yang banyak tumpah....
Kepedihan yang dominan.
Paradoks itu diam dalam keriangan
Remang dalam terang benderangnya siang
Remang karena kelopak mata tak sanggup
Tak sanggup simpan kepedihan.
.
Poetoe. 2015.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Kamis, 16 Juli 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar