Rasa sayang itu tumbuh dan berkembang. Terkadang seperti virus yang mewabah. Seperti rasa atas seorang yang kita kenal, awalnya hanya rasa hormat, karena sikap dia sopan dan tertata. Lalu menjadi kekaguman, salut. Tumbuh menjadi rasa syukur telah mengenal ia dalam kehidupan ini. Berkembang menjadi ingin lakukan sesuatu untuknya, ingin bermanfaat. Juga tumbuh rasa tak ingin ia terluka, demikian pula bahagia saat ia bahagia.
Begitulah rasa itu mewabah. Bisa tumbuh di mana mana. Kepada siapa saja, bahkan terkadang rasa itu tumbuh demikian kuat pada seekor kecoak yang kesakitan saat tersiram karbol di kamar mandi. Duh... rasa berkembang biak dengan pesat.
Jika kau lalu cemburu atas apa yang aku rasa ini, rasanya akan berat hari hari yang kau akan lalui, karena akan banyak potensi cemburu itu yang kelak kau temui. Semoga kau lalu mengerti. Karena setiap rasa itu tentu berbeda tempatnya di ruang hati. Semua akan istimewa di sana.
Mari jalan bersama, biar aku ajarkan bagaimana menggembala rasa sayang ini, agar tetap subur di padang rumput jiwa ini. Aamiin.
Poetoe/11/12/15
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Jumat, 18 Desember 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar