Waktu memang tentang malam lalu siang, gelap lalu terang. Semangat jalani hidup bisa dirasa saat hati berharap bertemu pagi di malam hari. Kerinduan bertemu matahari di esok hari adalah energi. Harapan matahari esok pagi adalah matahari yang cerah, terang membuka ruang, juga hangat menjaga raga dan rasa.
Demikian pula kau matahariku, aku rindu kau sebagai suluh, menyelamatkanku dari tenggelamku di kubangan rawa kata-kata.
Dan matahari terbit lagi... Entah yang ke sekian kali. Aku tak seberapa risau, bagiku yang penting melihatmu cukuplah. Telaga pengetahuan di matamu, juga tali kendali atas jiwaku yang tersangkut di rantingmu.
Kau tahu bahkan saat pagi adalah mendung yang gelap, dan tak kulihat matahari aku tetap yakin kau ada. Bukankah yang tak terlihat itu tidak lalu tidak ada?
Matahari, mungkin kebutuhanku atasmu serupa daun butuhkanmu untuk proses fotosintesis.
Selamat terbit lagi. Matahariku. Tetap cerah dan bercahaya lah.
Semesta, 07/12/2015
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Senin, 07 Desember 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar