Aku menemukannya. Pola itu. Bagan yang terlihat sederhana, namun dapat membuat kedut otakku menemukan iramanya.
Adalah tentang manusia yang ada di antara dua bagian: kebaikan dan keburukan. Pada sisi kebaikan inilah yang telah terjelaskan pada tulisan sebelumnya, secara mikro adalah prilaku kebaikan, secara makro adalah pola bagaimana kebaikan itu dapat berkesinambungan dalam kehidupan kita.
Bagaimana kita membangun pola itu? Kita butuh hikmah. Hikmah adalah ilmu dan pemahaman atas kebenaran. Dan dalam menangkap pemahaman itu kita butuh banyak cara pandang, ibarat untuk memegang satu benda kita butuh banyak jemari. Cara pandang yang terbatas membuat kita hanya mampu mencukil cukil kebenaran tanpa pernah dapat menggenggamnya.
Selain menggenggam ada cara lain yaitu melilitkan benda itu agar dapat kita angkat. Dan melilit itu adalah gerakan memutar, artinya akan lebih jauh perjalanannya, akan lebih melelahkan. Namun hasilnya akan lebih kokoh dalam mendapatkan pemahaman itu.
Demikianlah hikmah yang kita butuhkan, seringkali terlihat tidak efektif karena menggunakan banyak cara pandang, atau juga bergerak berputar-putar. Seakan-akan membuang waktu, seperti dengan membaca buku-buku yang ditulis oleh seorang yang mungkin tidak sedang berpihak pada kita. Selama niat awal membacanya tetap dalam semangat membangun pola kebaikan itu, maka cara ini justru dapat membuat kita lebih lentur, lebih cair, lebih bijak dalam memandang dan bersikap.
Wallohua'lam .
Dini hari, 28 Desember 2015.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Minggu, 27 Desember 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar