Apakah isyarat itu? Serupa tanda atas pesan yang ingin tersampaikan. Atau mungkin simbol atas keterhubungan.
Mungkin isyarat adalah cara paling santun dalam bertutur. Bahkan seolah tak lagi ada kebutuhan akan tersampaikan atau tidak. Sekedar melepas tanda tanpa peduli terbaca atau tidak maksud dan maknanya.
Seperti klakson pelan itu, dibunyikan saja, saat melewati rumahnya. Mungkin akan terdengar dari dalam rumah, mungkin saja tidak, lalu apa maknanya. Entah. Mungkin memang sekedar bukti bahwa keduanya terhubung. Seperti canda dalam istilah René Descartes yang menyebut "Cogito ergo sum" bahwa saya berpikir maka saya ada, mungkin ini "Conecto ergo sum" dengan makna yang dipaksakan, saya terhubung maka saya ada.
Demikianlah, keterhubungan adalah keniscayaan. Entah hubungan macam apa. Karena katanya ada hubungan yang tak terdefinisi, hanya terasa saat saling berinteraksi.
Padamu padaku, atau dalamku dalammu.
Demikianlah.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Senin, 28 Desember 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar