Pernah kupikir cukuplah menjadi angin, walau selalu asing menjelajah bumi. Dan mengisi di banyak ruang dan waktu. Ia lentur ikuti bejana yang tersedia, menurut apa kata ruang yang ditawarkan. Penjelajahan yang tak terukur batas akhirnya.
Hingga suatu saat, ada genangan jiwa yang memaksanya tertambat lama. Hingga saat ia harus kembali beranjak tetap saja tinggalkan jejak. Bahkan tak sekedar jejak, karena seolah ada jangkar yang telah terlempar. Atau mungkin serupa remote control yang tertinggal. Dan itulah yang membuat ia suatu hari tetap harus kembali. Sekedar untuk duduk di sekitarnya, atau hanya menghirup udara yang mungkin sisa udara yang ia hirup.
Bergegas lalu berdiri saja, dan hanya menatap saja, seolah menatap galaksi dengan ribuan benda benda angkasa. Dan keterpukauan hanya hasilkan air mata yang bukan kesedihan.
Lalu kembali angin menebarkan dedaunan. Waktu seolah ikut terserak. Mana kenangan dan mana harapan tak lagi terdefinisi.
7 Desember 2015.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar