Senin, 02 November 2015

Setelah hujan akhirnya turun

Tentang hujan yang sudah lama ditunggu.

1.
Pagi, setelah semalam hujan, aku mengingatkan istriku "sudah bawa payung, dik?" Dia menggeleng,  lalu aku tawarkan payung di tasku.  Dia tersenyum, "jadi selama ini kamu bawa payung di tasmu? Walau kemarau? "
Aku mengangguk.  "Yup. Bukankah konyol kita berharap segera hujan tapi kita tak bersiap menyambut hujan?" Bunga anak kedua, berbinar. ...  berdiri, "Bapak benar... " sambil ngajak toss.

2.
Masih pagi yang sama, saat berkendara bersama istri, di jalan melewati jasad tikus yang mati tertabrak.  Banyak. Kalau tidak salah hitung ada empat jasad. Serem. Tubuh mereka remuk. Mengapa justru setelah semalam hujan mereka banyak yang mati di jalan?

Apakah semalam ada pesta para tikus, sehingga mereka mabuk dan lupa diri lalu menyeberang ke tengah jalan?
Ataukah hujan mungkin bukan hal menarik buat mereka karena lalu rumah mereka di got di penuhi air, mereka keluar dari got pergi ke jalan lalu justru maut menjemput?

Entahlah.... karena aku bertemu dengan mereka pagi ini sudah dalam keadaan menjadi mayat.  Tapi jika pun tidak, toh aku juga belum berhasil pelajari bahasa tikus...

Jadi sudah lah.  Biarkan ini jadi pertanyaan dan asumsi saja. Semoga kematian mereka pagi ini kematian yang terindah bagi mereka.

Aamiin.

Bekasi Jakarta.  3  November 2015.
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...