Jika jiwa ini serupa genangan maka ia teracik atas "fujur"dan "takwa". Dua hal yang bertentangan. Pengingkaran dan ketaatan. Keduanya melengkapi spektrum kita sebagai manusia. Dan secara fitrah, secara asasi, jiwa berasa tenang saat kita taat. Dan sebaliknya saat bermaksiyat jiwa meronta kesakitan. Ini terlihat pada kehilangan rasa bahagia para pelaku dosa.
Alarm hati yang menjerit bising saat kita lakukan kemaksiatan. Jeritan alarm itu mengganggu kenyamanan hati. Dan akan berhenti jika kita berhenti lakukan kemaksiatan itu.
Masalahnya adalah, terkadang kita bodoh untuk menjadi pembelajar hingga rela lakukan pengulangan pengulangan atas kesalahan kesalahan kita. Dan keledai pun menjadi lebih baik dari kita.
Menyesal? Harus. Tapi jangan sekedar menyesal. Beranjaklah. Beranjaklah jika kau memang ingin bahagia.
Poetoe, 27 November 2015.
Jumat, 27 November 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar