Dengan apa sebenarnya kita basuh luka ini? Apakah cukup dengan sekedar melupakan? Ataukah kita harus benar-benar melepaskannya?
Jika mau kita baca perlahan atas apa luka ini tergoreskan, mungkin kita akan menemukan kata-kata pedas yang terayun tajam, atau bahkan memang benturan fisik yang benar-benar melukakan. Perihnya hati juga pedihnya luka pada sekujur tubuh.
Luka badan bolehlah segera kita obati, tapi bagaimana dengan luka dalam hati? Melupakan itu tak akan mudah, karena demikian dalam luka ini. Bagaimana dengan melepaskannya? Melepaskan itu serupa memaafkan, terbayanglah betapa sulitnya.
Saat kata "memaafkan" terucap, yang terbayang justru peristiwa menyebalkan itu. Lalu bibir segera terhenti. ... batalkan hati. Memaafkan memang indah namun tak mudah.
Namun saat berhasil tulus memaafkan, maka yang akan didapat adalah kelegaan yang luar biasa. Kemenangan atas diri. Memaafkan adalah bukti kemenangan kekuatan hati untuk menaklukkan ego.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Rabu, 18 November 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar