#: kenapa ya mas
*: dalem?
#: kenapa orang cenderung lebih suka menyakiti
orang lain saat dirinya terluka?
*: naluri membalas?
#: kenapa tidak mecari obat penawarnya saja?
*: nah... ini percakapan filosofis... (bersiap
simpan)
#: jadi, menurutmu kenapa?
*: karena naluri membalas...
petinju akan bersemangat memukul saat ia
terpukul
seharusnya memang ia mencari penawar saja
fokus pada lukanya
karena melukainya tak lalu membuat luka kita
sembuh
#: kalau analoginya petinju, dia membalas
lawannya yg memukul dia
fight back
*: oh.. ini melukai orang lainnya lagi?
wah
#: bukan memukul para penontonnya kan?
*: iya
hmm.. mungkin kesenangan jika tak terluka
sendiri
#: kalau hakikat hidup ini hanya sekedar
membalas, lalu dimana ujungnya?
berhenti dimana ini semua nantinya?
*: seharus kata maaf yang menghentikannya
#: siapa yg menghentikan alur ini? atau memang
tidak akan berhenti?
*: seharusnya kita yang menghentikan...
bukankah kita lah pelaku utama film Hidup Kita?
#: kalau aku menghentikannya dengan cara diam,
does it work?
*: diam itu menahan
menahan itu berat
memaafkan itu melepaskan
melepaskan itu melegakan
#: saat aku belum bisa memaafkan, apa diam itu
belum cukup?
untuk sementara, paling tidak, itu menghentikan
alur tadi
*: apakah diam itu menuju ke arah
"memaafkan" atau hanya diam?
jika hanya diam maka itu belum cukup
#: bener katamu, diam itu untuk menghentikan,
supaya aku ga turut melukai orang lain
efeknya akumulatif di aku
*: namun bisa jadi luka itu bertambah di
tempatmu
#: dan siap meledak kapan saja aku udah ga
sanggup menahan
ledakan itu lah yang harus dihindari
caranya lepaskan.. bukan ditahan
melepaskannya adalah dengan memaafkannya
#: I'll try
*: semangat dik
buat banyak pintu dalam pemikiran kita... untuk melepas luka itu
pak, ini kok saya kaaya dapet jawaban gitu ya? melepaskan...
BalasHapus