Paling tidak ada tiga gaya menyikapi konflik:
1. Secara terbuka kemukakan ketidakterimaan kita. Hal ini membuat lega, hindarkan kita dari stres karena simpan gundah hati, namun berpotensi lukai hati lawan bicara kita. Karena saat pengungkapan bisa jadi bukan saat yang tepat.
2. Menyimpan perbedaan pendapat kita untuk menghindari sakit hatinya lawan bicara kita, namun ini berpotensi jadi stres buat diri sendiri.
3. Melepaskan potensi konflik itu dalam sikap pemakluman atau memaafkan. Ini melegakan buat diri sekaligus menghindari sikap gegabah yang bisa melukai hati lawan bicara kita.
Entahlah.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Sabtu, 09 Mei 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar