Jumat, 22 Mei 2015

Senandika 3

Bicaralah tentangku,
terduduk aku menyimakmu
tentang percakapan bernas
tentang pertikaian pandangan
tentang simbol dan batas yang memburam
tentang telaga yang riaknya nyaris tak terbaca.

Bicaralah sebagaimu,
lalu abaikanku, abaikan anggapanku nanti
tentang semburat cahaya tiba tiba itu
tentang air mata yang tertanam di pangkal otak
tentang mana yang kau nyamankan
tentang nama yang kau samarkan.

Namun tiba tiba saja terik -
kilatan tajam
menguliti ingin yang tersembunyi
Obsesi yang seolah virus menyembunyi dalam perhatian.

Teruskan saja,
rembulan sayu malu
berulang terkalahkan - seolah terkalahkan
padahal sekedar terbantahkan....
sebenarnya.

Bola mataku adu dengan cahayamu
membinar dalam kerjap bintang
Perih cahyanya menembus retina
namun kutahan namun kutahan
perlahan perlahan menjadi telaga air mata
sejuk
sejuknya menenggelamkan kami.

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...