Selasa, 02 Desember 2014

Para pejalan malam

Seperti para pejalan malam itu,
yang tertunduk berbaris....
Melewati bukit bebatuan, tanpa lentera...
Sesekali mereka terpeleset, terjerembab, namun segera bangkit.
Mereka enggan barisannya menjadi tak beraturan.
Padahal lutut mereka menjadi terluka,
beberapa dari mereka bahkan berdarah....
Tetesannya mengalir hingga ke telapak kaki.
Hingga tersisa jejak kaki warna merah, di jalanan bebatuan di bukit saat malam benar-benar larut dalam kelam.

Seperti para pejalan malam itu,
kenangan berbaris rapi,
dalam pematang yang membatasi lelumpuran kenangan dalam genangan sel kelabu otakku....
Iya... kenangan.

Dan berseragam warna kemerahan, laskar amarah yang menjaga tanggul keinginan....
Karena khawatir kenangan masa silam itu, akan memberangusnya....
Hingga keinginan terserak, tak tersisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisa Jadi Prolog

"Jika benar kau pemerhati hal-hal sederhana, maka apa yang paling tercatat di mula pertemuan kita dulu?" Mungkin jawabannya adalah...