Seperti para pejalan malam itu,
yang tertunduk berbaris....
Melewati bukit bebatuan, tanpa lentera...
Sesekali mereka terpeleset, terjerembab, namun segera bangkit.
Mereka enggan barisannya menjadi tak beraturan.
Padahal lutut mereka menjadi terluka,
beberapa dari mereka bahkan berdarah....
Tetesannya mengalir hingga ke telapak kaki.
Hingga tersisa jejak kaki warna merah, di jalanan bebatuan di bukit saat malam benar-benar larut dalam kelam.
Seperti para pejalan malam itu,
kenangan berbaris rapi,
dalam pematang yang membatasi lelumpuran kenangan dalam genangan sel kelabu otakku....
Iya... kenangan.
Dan berseragam warna kemerahan, laskar amarah yang menjaga tanggul keinginan....
Karena khawatir kenangan masa silam itu, akan memberangusnya....
Hingga keinginan terserak, tak tersisa.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar