Selasa, 16 Desember 2014

Cara Dia berkomunikasi

Terkadang kita merasa demikian berjarak dengan-Nya. Doa yang terucap tak lagi dari hati, hanya gerak bibir kepantasan saja. Juga gerakan solat kita berulang tanpa sertakan jiwa. Kering makna.

Dan mungkin Dia akan mengingatkan kita dengan cara yang tidak kita duga. Berupa kejadian, percakapan kita, atau mungkin percakapan yang tanpa sengaja kita dengar, bahkan bisa jadi hanya lintasan hati tak nyaman saat kita lakukan kesalahan.

Seperti cara kerja radar yang membaca gerakan dari benturan gelombang, mungkin benturan yang kita rasakan adalah isyarat petunjuk-Nya, namun terkadang kita tak cukup cerdas menangkapnya.

Terkadang memang paradok, pesan Tuhan justru terbaca saat potensi dosa itu hadir. Kesadaran yang menyelinap itu tiba-tiba berdiri di depan mata. Melotot. Lalu menampar keras. Rahang kita terhenyak. Pipi memerah. Namun bukan lalu marah yang lahir, melainkan kebahagian yang indah.

Kesalahan yang terulang perlahan menggumpal jadi karakter. Menurut teorinya karakter itu tak mudah diubah. Namun bisa jadi, tamparan keras di saat yang tepat itulah yang bisa menjadi pemicu perubahan fundamental itu.

Tamparan itu adalah guru. Dan kakaguman pada sang guru lah yang melunturkan hasrat rendah itu. Sublimasi. Pengalihan hasrat kepada sesuatu lebih terhormat.

Entahlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...