Sebenarnya terima kasih itu apa? Apakah kuterima kasihmu? Ataukah kuterima dengan segenap kasihku? Ataukah terimalah kasihku?
Entahlah.
Jika
bahas dua kata ini di hari ini, terima kasih, maka yang aku ingat
adalah terima kasih istriku. Seorang yang telah menemaniku lebih dari
dua dasawarsa. Sabar dengan segala kelambatanku memahaminya. Ia mengisi
setiap sela-sela jiwa yang kosong. Gelisah dan resah jadi tak betah
lama-lama tinggal di dalam hati.
Saat aku gagal, ia yang bisa dengan
segera mengabaikannya. Tanpa dia ucapkan gaya dia mendengarkan
keluhanku seolah berkata, "sudahlah, kamu bisa lebih baik dari itu,"
lalu segelas kopi dan senyuman itu selesaikan semua kecewa.
Terima kasih, istriku. Kuterima kasihmu, kuterima kau dengan segenap kasih, jadi terimalah kasihku.
Bekasi-Muntilan, 08/01/2020
Rabu, 29 Januari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar