duduk
di kursi ruang tamu, membiarkan matahari mengintip dari jendela, di
meja terhidang sepiring kata-kata, senampan harapan, dan seikat ingatan
masa lalu.
bersandar pada punggung kursi, tersadar hidup itu
tentang menanggung dan menjawab, ada nyawa-nyawa tumbuh dalam pelukan,
juga air mata basahi dada, sesenggukan yang butuh peluk lebih erat.
rak
itu menempel di dinding seperti kehidupan, dengan kita seolah
buku-buku. saling baca saling eja. sesekali kubiar lembar terbuka,
telanjang aku tanpa metafora.
senja semakin merah, kau hidangkan
segelas kopi mimpi. tanpa gula tanpa duga sangka. kunikmati
sesap-sesapnya, penuhi kening dengan kenang dan senang, dan waktu hening
bergeming.
Temanggung, 22/01/2020
Rabu, 29 Januari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar