Berjalan pulang itu antaraku dengan isi kepalaku. Berapa capaianku
hari ini, apakah aku benar benar bergerak, atau sekedar merasa
bergerak?
Jika jawabannya nihil, gagal, aku jadi cemas.
Kesepian, itu berbeda dengan sepi. Kesepian itu serupa kutukan, sementara sepi bisa jadi memang pilihan kita.
Saat kota terlalu gaduh, saat nama terlampau banyak mengisi hari kita. Berdiam itu nyaman.
Berteduh saja.
Di bis angkutan kota, bersama banyak tulisan tersebar di gadget para penumpang.
Saling kini menjadi kata asing.
Masing masing.
Tradisi menutup pintu di dunia nyata, namun demikian terbuka di dunia maya.
Keheningan
menjadi saat yang dirindu. Karena kata demikian banyak dibuat. Semena
mena dilahirkan, dalam pikiran, tulisan, atau kata kata lisan.
Aku membutuhkanmu, untuk sekedar membaca riuh di dalam sepi pilihanku, senja ini.
Pancoran, 10/11/2017
Poetoe
Minggu, 12 November 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar