Dari kemenangan akan tumbuh percaya diri, dari kekalahan akan tumbuh tahu diri.
Dalam
kemenangan ada bangga diri yang dapat silaukan mata hati, hingga tak
nampak lagi hikmah dan ilmu. Demikian halnya kekalahan, ada kecewa dan
sakit hati yang bisa mengotori mata hati, menjadi kusam dan tak lagi
jernih.
Dari kemenangan kita dapat belajar jika tak terjebak pada
bangga hati. Demikian pula kekalahan, akan menjadi pintu hikmah, selama
kita bisa lewati jebakan kecewa dan sakit hati.
Keduanya semestinya tetap diakhiri dengan rasa syukur.
Seperti
semalam setelah kekalahan tim nas PSSI vs Tim Malaysia, menonton
beritanya di pagi hari, membuat harus teteskan air mata. Bagaimana
tidak, sesaat setelah peluit pertandingan usai, pemain Indonesia
bergelimpangan, rebahan di lapangan. Menangis. Lalu beberapa pemain
Malaysia datang menghibur. Evan dimas sang Kapten, ikut membangunkan
mereka satu satu, lalu mengajak mereka bersujud syukur, bahkan bersama
pemain malaysia. Terbayang, pasti itu sujud syukur yang indah.
Mungkin benar, tanpa kecewa dan sakit hati yang berlebihan, kita dapat belajar lebih banyak dari kekalahan.
Indonesia, 27/08/2017
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar