Selasa, 31 Oktober 2017

18 tahun kita. (25 Oktober 1999-2017)

Bagaimana kita di tahun ke-18 ini? Catatanku tentangmu adalah konsistensimu, untuk tetap menjadi pendampingku yang berkualitas. Adalah perhatian yang tertatap tajam ke arahku. Kekhawatiran atas sakit kepalaku, atas telat makanku, atas tak dapat dudukku di angkutan umum, atas minimnya jumlah jam tidurku, dan atas banyak hal lain. Sekali lagi, nilai rapormu tahun ini melampauiku. Lagi.

18 tahun bukan tahun pendek. Sudah teramat sering kita duduk berdua sailing membaca. Perlahan verbal kehilangan perannya, karena hal lain di balik kata-kata itu lebih terbaca jelas sekarang. Verbal hanya menjadi piranti penegasan atas apa yang kita sudah sama mengerti.

Teringat dulu sebelum menikah, pernah kubaca dari sebuah buku, bahwa hubungan yang sehat bukanlah hubungan yang didasari keinginan untuk mengubah pasangan. Karenanya aku takut jika terlihat ingin mengubahmu. Jika pun kenyataannya ada harapan perubahan, aku hanya ingin dirimu tumbuh di sisiku. Kita tumbuh bersama. Semoga demikian adanya hingga akhir hayat nanti. Tumbuh bersama.

Ke depan aku masih punya tugas. Pembuktian atas hubunganku denganNya yang seharusnya meningkat di 2 tahun setelah 40 tahunku. Usia spiritual itu selama ini masih terbengkalai. Tentu aku membutuhkanmu. Untuk tetap sabar bangunkan aku di sepertiga terakhir malam kita, juga untuk tetap telaten mengingatkanku atas tilawahku.

Bantu aku, agar bisa menjadi imam yang baik untukmu juga untuk anak-anak kita. Aamiin.

Bumyagara, 25 Oktober 2017
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...