Kamis, 04 Februari 2016

Rindu pantaiku

Pasir juga bebatuan adalah teman
jejak yang pernah terinjak bersama
saat luka itu berhasil kita bakar bersama
Perihnya indah....
asapnya adalah kenangan yang ditiadakan
pecahan batu karang itu sempat aku pungut,
namun kau bilang tak perlu
ingatan bagimu tak butuh sarana.

Dan di pantai juga, pernah aku tenggelamkan kakiku
padahal malam sudah sangat kelam
lalu debur air itu aku kirim kan kepadanya
untuk kesiasiaan pada akhirnya
namun perdu itu jika rindu tetap saja berharga

Begitu juga hari ini, aku kembali bercengkerama dengan riaknya
walau sekedar berbagi cerita
bahwa ada luka yang diulang
bahwa ada irama yang tercipta di tengah badai.....

Akrab dan hangat, pasir dan butiran pecahan rumah kerang sibuk memeluk telapak kaki
Mengirimkan isyarat purba tentang Kepedulian. ......

Debur mendebar, riak menyeruak
Gelisahku bergetar hebat. Aku memelukmu saja.

Angin pantai menjadi dengung, saat terjebak pada rumah siput. Ngung.

30 Januari 2016.

Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...