karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Kamis, 11 Februari 2016
diam, ternyata aku butuhkan
Selepas Jumatan, terpikir banyak hal. Tentang tugas-tugas yang belum terselesaikan. Ternyata memang sejenak "diam" itu menguntungkan. Karena jadi punya cukup ruang dan waktu untuk menangkap yang terlintas. Baik terlintas dalam benak, maupun terlintas dalam kehidupan kita. Ruang maya yang saat ini demikian terbuka lebar, bergerak terus, tak peduli kita perhatikannya atau tidak. Jika terlena, maka kita akan tertinggal. Lalu begitu saja.
Diam menjadi penting. Dan untukku yang terlahir sudah extrovert, ini menjadi tidak mudah. Diam bagiku menjadi melelahkan. Tapi aku butuh.
Berdiam, namun tetap berpikir. Menangkap dan memilah. Menyeleksi ruam-ruam kesan yang terpancar dari sekeliling kita. Seperti siang ini, saat banyak kata-kata lalu lalang di sekitar telinga, juga menari-nari di monitor komputer dan HP ku, sibuk aku menangkapi mereka. Memenjarakannya dalam ruang benak. Aku ikat mereka. Sesekali aku olah untuk menjadi kata-kata lain. Aku tumbuk. Hingga percikan-percikannya berhamburan.
Demikianlah, catatan tentang siangku yang nyaris runyam oleh jeda yang sengaja aku buat. Semoga diam mengendapkannya, juga merapikannya. Aamiin.
Siang, 12/02/2016
poetoe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar