Minggu, 17 November 2019

menua

saat lelah kita butuh istirah
beban kita letakkan; pasrah
mata pejam endapkan percikan pikiran,
serpihan gelisah,
remah-remah resah

waktu memperkuda kita
memaksa kita menarik pedati nasib
berputaran, tawa lalu tangis, senyum lalu sedih, suka lalu luka, pesta lalu nestapa

kulit lembut wangi bayi itu mendewasa, perlahan mengisut, keriput
tulang-tulang merapuh, tubuh membungkuk
benak menjadi bejana ingatan yang berlubang di dasarnya, menetes lah kenangan itu di sepanjang usia
tersisa hanya pesan cinta pada entah siapa.

tersadar
memang tak banyak yang kita miliki
mungkin hanya kata-kata pengakuan yang terselamatkan dalam genggam catatan di akhir setiap nafas yang terhembus

demikianlah cara takdir menyapa
demikianlah cara dunia bercanda.

Muntilan, 5 November 2019
Poetoe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...