Yang menyelamatkan kita adalah kesadaran kita akan ruang dan waktu. Karena apa yang kita pikirkan adalah alat bantu agar kita tersadar. Dimana dan di waktu apa kita berada saat ini.
Memang rasa yang membuat semua menjadi lebih seru. Bisa lebih indah bisa pula tragis. Rasa memberi warna pada hidup. Bisa bahagia bisa pula kesedihan. Namun rasa lah yang membuat diri terlempar entah kemana. Rasa bisa membuat kita tersesat. Kita butuh peta. Dan peta itu adalah apa yang kita pikirkan.
Ada benarnya Rene Descartes berpendapat Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada. Berpikir sepanjang waktu, adalah belajar tanpa henti. Mengumpulkan kesadaran atas kebenaran objektif.
Kesadaran kita adalah pemahaman kita atas "ruang dan waktu". Dimana dan kapan. Seperti jika kita baca maksud dari perintahNya, semua tak jauh dari kebutuhan atas kesadaran "ruang dan waktu".
Lihat saja jadwal sholat kita yang ditentukan dari pergerakan bumi dan matahari, adalah bukti bahwa kesadaran kita atas waktu dibutuhkan dalam ritual rutin kita. Demikian pula arah kiblat sholat kita adalah bukti kesadaran atas ruang. Rasanya setiap perintahNya didasari pada dua kesadaran itu. Ruang dan waktu.
Saat thowaf hal ini akan semakin terasa. Jamaah berihrom mengitari kakbah, dengan doa yang berbeda di setiap sudut kakbah. Dan waktu atas thowaf pun tak boleh lalu melanggar waktu-waktu sholat. Ini bukti kesadaran atas ruang dan waktu adalah dasar utama ibadah kepada-Nya.
Semoga selalu terjaga kesadaran kita. Aamiin.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar