Sabtu, 08 Agustus 2015

Kesadaran adalah peta

Yang menyelamatkan kita adalah kesadaran kita akan ruang dan waktu. Karena apa yang kita pikirkan adalah alat bantu agar kita tersadar. Dimana dan di waktu apa kita berada saat ini.

Memang rasa yang membuat semua menjadi lebih seru. Bisa lebih indah bisa pula tragis. Rasa memberi warna pada hidup. Bisa bahagia bisa pula kesedihan. Namun rasa lah yang membuat diri terlempar entah kemana. Rasa bisa membuat kita tersesat. Kita butuh peta. Dan peta itu adalah apa yang kita pikirkan.

Ada benarnya Rene Descartes berpendapat Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada. Berpikir sepanjang waktu, adalah belajar tanpa henti. Mengumpulkan kesadaran atas kebenaran objektif.

Kesadaran kita adalah pemahaman kita atas "ruang dan waktu". Dimana dan kapan. Seperti jika kita baca maksud dari perintahNya, semua tak jauh dari kebutuhan atas kesadaran "ruang dan waktu".

Lihat saja jadwal sholat kita yang ditentukan dari pergerakan bumi dan matahari, adalah bukti bahwa kesadaran kita atas waktu dibutuhkan dalam ritual rutin kita. Demikian pula arah kiblat sholat kita adalah bukti kesadaran atas ruang. Rasanya setiap perintahNya didasari pada dua kesadaran itu. Ruang dan waktu.

Saat thowaf hal ini akan semakin terasa. Jamaah berihrom mengitari kakbah, dengan doa yang berbeda di setiap sudut kakbah. Dan waktu atas thowaf pun tak boleh lalu melanggar waktu-waktu sholat. Ini bukti kesadaran atas ruang dan waktu adalah dasar utama ibadah kepada-Nya.

 Semoga selalu terjaga kesadaran kita. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...