Dan seperti itulah waktu mengajarkan pada kita tentang fithrah komunal
kita. Perasaan bahagia saat bergerak bersama. Dengan respon yang
bersegera sambut panggilan. Tak mudah membangun rasa itu. Butuh
pemahaman yang utuh dan ketaatan yang sempurna.
Caranya harus sabar. Paling tidak secara rutin mengulang ulang FirmanNya dengan lesan maupun ingatan. Lalu mentadaburi secara sabar, berdasar sunnah Nabi dan kisah sahabat. Panduan tetap gunakan nalar. Karena yang kira bangun adalah it tiba' (mengikuti dengan kesadaran) bukan taklid (yang membuta).
Demikianlah ketaatan memiliki ruang penting dalam membangun ketenangan. Dan saat ada ancaman, sekeras apapun, jawabannya adalah senyuman. Karena tak lagi ada yang layak takut dipertaruhkan saat kematian pun dikatakan dengan imbuhan "hanya"
November 2016
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Selasa, 22 November 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar