Bis kota dan air mata. Sejak dulu ini sering terjadi. Kejadian di
sekitar kita banyak yang mengundang air mata. Tak semua tentang
kesedihan, karena terkadang tentang haru.
Seperti pagi ini, dua orang nenek mengamen di bis, salah satunya bahkan terihat seperti bencong. (Maaf jika aku salah) Dandanan mereka tebal, lagu yang mereka nyanyikan dangdut. Nenek yang menyanyi sudah renta, tangannya harus berpegangan pada tiang atau kursi penumpang. Mendengar dan melihat mereka menyanyi, membuat aku terlempar ke dunia yang cekung. Seperti ada dalam nampan yang berisi adonan kesedihan. Benar mungkin saja mereka bahagia, tapi tak bisa disangkal ini adalah masalah. Seorang setua dia tak seharusnya mengamen dan berdandan seperti itu. Ini tontonan atas luka kita sendiri.
Lalu diam. Aku terpejam. Tak terbayang apa yang bisa aku lakukan. Mungkin butuh waktu,butuh teman untuk berbagi isi hati dan atur rencana. Tapi paling tidak, pagi ini aku hanya menangis diam diam.
Bekasi-Jakarta, 08/11/2016
Poetoe.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar