Selasa, 22 November 2016

Bis kota dan air mata.

Bis kota dan air mata. Sejak dulu ini sering terjadi. Kejadian di sekitar kita banyak yang mengundang air mata. Tak semua tentang kesedihan, karena terkadang tentang haru.

Seperti pagi ini, dua orang nenek mengamen di bis, salah satunya bahkan terihat seperti bencong. (Maaf jika aku salah) Dandanan mereka tebal, lagu yang mereka nyanyikan dangdut. Nenek yang menyanyi sudah renta, tangannya harus berpegangan pada tiang atau kursi penumpang. Mendengar dan melihat mereka menyanyi, membuat aku terlempar ke dunia yang cekung. Seperti ada dalam nampan yang berisi adonan kesedihan. Benar mungkin saja mereka bahagia, tapi tak bisa disangkal ini adalah masalah. Seorang setua dia tak seharusnya mengamen dan berdandan seperti itu. Ini tontonan atas luka kita sendiri.

Lalu diam. Aku terpejam. Tak terbayang apa yang bisa aku lakukan. Mungkin butuh waktu,butuh teman untuk berbagi isi hati dan atur rencana. Tapi paling tidak, pagi ini aku hanya menangis diam diam.

Bekasi-Jakarta, 08/11/2016
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...