Jumat, 13 Maret 2015

Nuke and Nug.

Nug: Berbincang yuk. Perbincangan kita terkadang merangsang ide-ide lainku untuk berlompatan.
Berlompatan cari perhatian
Nuke: Apa yang dimaksud berlompatan cari perhatian?
Nug: Mereka mencari perhatianku untuk aku tangkap lalu aku ikat dalam sangkar kata kata.
Nuke: Perhatian bisa didapat jika kita sudah berani menunjukkan diri tanpa ragu, jadi sebenarnya perhatian tidak perlu dicari.
Nug: ....menunjukkan diri tanpa ragu.
... perhatian tak perlu dicari...
Nuke: Hukum sederhana
Nug: Keraguan serupa mendung atau awan gelap yang menutupi cahaya mentari diri....
Ketidakraguan menciptakan pesona. Kejujuran yang tak perlu diucapkan. (Mencoba gunakan frase-frasemu untuk berbincang denganmu. #nukelinguistik)
Nuke: Aih tagarnya
Dan bukankah kejujuran seharusnya memang tak perlu diucapkan? Seperti "ikhlas", tak perlu pula terucap melalui kata. Cukup simpan di benak diri... dan tercipta komunikasi alam antara hamba dan Tuhannya.
Nug: Bagaimana kita bisa bicara jujur saat jujur itu tak perlu diucapkan?
Itukah artinya berkata jujur itu lalu tak lagi perlu?
Nuke: Bukan bicara jujurnya, tapi kata "jujur" itu tak perlu diucapkan secara gamblang. Tak perlu penjelasan atas kejujuran yang terucap, apalagi pertanyaan.
Nug: Aku setuju. Bahkan saat seorang mundah mengatakan "kalau boleh jujur nih ya... " adalah bentuk dari keraguan ia akan kejujurannya sendiri.
Nuke: Entahlah mas, kepala saya terasa berputar-putar diisi oleh kata-kata yang berputar-putar dan kecerdasan di bawah rata-rata yang perlu diputar-putar pula agar tak melulu di bawah.
Nug: Aku semakin menikmati percakapan ini.
Seabsurd apa pun.
Mungkin reaksi nuklir itu mulai beraksi di genangan sel kelabu otakku.

Nug: Apakah ini mengganggu masa rehatmu? Kau biasa bangun malam untuk berkomunikasi alam sebagai seorang hamba pada Tuhannya setiap dini hari?
Nuke: Masa rehat saya dimulai esok hari. Jadi tenang saja. Haha
Nug: Wow...
Nuke: Terkadang iya, komunikasi paling indah dibanding perbincangan mulut apa pun. Pernahkah membayangkan ketika sujud lantas Allah mengelus kepala kita dan membisikkan "Aku mencintaimu, hamba-Ku."? Kalau belum, cobalah. Sangat indah... dan tentunya menyejukkan.
Nug: Kau pernah merasakannya?
#nukesufistik
Nuke: Pernah
Itulah kekuatan sugesti, kita bisa merasakan yang ingin dirasakan walau hanya lewat bayangan semu. Cukuplah untuk sejenak melipur hati.
Nug: Itu definisi Ihsan. Kau mencerahkanku.
"Ihsan: beramal seakan akan kau melihat-Nya, dan jika tak terlihat maka pastilah Dia melihatmu."
Kau memang nuklir yang tetiba menua melampauiku
....
Aku yang bahkan  pernah mendekati-Nya hingga ke tanah suci, pun belum pernah merasa seakrab itu dengan-Nya.
Nuke: Seperti katamu tadi Mas, mungkin saya bisa melipat-lipat waktu... sampai bisa-bisanya meragukan antara masa lalu dan masa depan.
Nug: Jangan-jangan... kau juga sejenis vampire?
Atau apapun yg mengabadi dan saat bersamamu layak untuk abaikan waktu.

Nug: Sebenarnya aku punya masalah... karena demikian rancu peran dan topeng yang aku kenakan....
Kau mungkin bisa bantu mengurainya....
Dengan-Nya... sebenarnya aku cukup dekat. Karena aktifku di DKM kantor dan lingkungan rumah.
Namun ada sisi gelapku yang terbangun dari kenakalan-kenakalanku....
Belakangan ini keduanya saling berebut.
Nuke: Rancu?
Nug: Yup. Dua kutub. Terkadang terlihat sebagai orang baik baik. Terkadang aku menjadi bukan orang baik baik.Tak bisa dipungkiri... ini mengganggu waktu rehatku. Sering insomnia.
Nuke: Kalau itu hanya perkara anggapan orang lain, saya rasa tak perlu dipusingkan.
Tapi beda halnya jika anggapan itu berasal dari diri sendiri, bukankah terkadang kita butuh gelap untuk sejenak rehat menenangkan diri? Tentu tidak selamanya, gelap juga harus disusul terang untuk mendamaikan.
Nug: Ini tentang anggapan diri. Aku terlalu asyik nikmati berselancar rasa.....
Hingga tergelincir dalam gelap cukup dalam.
Nuke: Beri pencahayaan cukup untuk bisa melihat jalan keluar. Tapi jangan terlalu terang apalagi terik, bisa menyilaukan.
Nug: Saran yg bijak.
Malam ini kau meledak beberapa kali di dalamku.
....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...