Sejarah
itu bisa jadi hanya kumpulan dari kebetulan-kebetulan, seperti sebuah
pertemuan terlahir oleh banyak faktor. Dimulai dari keputusan
tokoh-tokohnya. Seperti perjalanan yang dipilihnya, waktu yang tepat,
pilihan moda transportasinya, bahkan tiket yang dibelinya.
Keterlambatan
yang awalnya membuat kesal, bisa jadi momentum yang disyukuri di kelak
hari. Entah terlambat itu menghindarkan dari celaka, atau terlambatnya
menjadi sebab pertemuan yang menggembirakan. Siapa sangka.
Seperti
sebuah pertemuan yang tak terbayangkan menjadi perkenalan yang hangat.
Bertukaran identitas, lalu segelas coklat panas, memperbincangkan puisi
yang pernah tercipta, bahkan berlanjut ke bahasan esok, bekal hidup,
juga kehidupan pararel yang termungkinkan oleh khayalan.
Jadi
setiap jengkal kebetulan adalah percikan bara bahagia yang lahirkan rasa
syukur, di mana pun dan kondisi bagaimana pun. Memang terlalu banyak
alasan untuk tetap bahagia, terlalu penuh dada untuk terus tersenyum.
Sudahkah kau hapus sesal dan sedihmu hari ini? Berapakalikah kau sudah tersenyum hari ini?
Selamat terus dan tetap pelihara energi bahagia ini. Selamat.
Bekasi, 03/01/2020
nugroho putu
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar