Berkendara di bawah terik.
Tak merasakan kantuk, namun kesadaran seperti api lilin yang nyaris padam.
Harus rehat.
Walau hanya dua rakaat.
Terpejam sesaat, rasakan gerak darah.
Bahkan pembuluh di kelopak mata demikian jelas, terlihat dan terasa gerak darahnya.
Nyawa entah di mana?
Di nadi, jantung, atau lipatan benak dalam rongga kepala?
Mungkin juga di Bandung.
Jadi aku letakkan saja sejenak.
Mencoba lepas dari semua rasa.
Penat, rindu, juga halusinasi.
Aku merayuMu, jangan jauh dariku.....
Mushola kecil di rest area, 11/03/2017
Poetoe.
Kamis, 16 Maret 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar