Kamis, 16 Maret 2017

Dan kau tahu, bagaimana semua itu tercatat dengan caranya masing-masing.
Seperti suasana tengah malam di stasiun, dengan iringan lagu lama, yang mampu endapkan semua galau jadi kenangan.
Juga laju kereta yang datang dan pergi, atas mula sapa kenal itu toh pada akhirnya adalah jabat tangan berpisah.
Biarkan saja wajah tertampar sejenak angin malam, dan aroma kota tua penuhi rongga hidung, toh pada akhirnya gerbong kereta itu lanjutkan perjalanan.

Pada diam apalah yang bisa kita harapkan, karena hidup bagaimanapun juga harus bergerak.

Dan anak itu berkata entah kepada siapa, saat kereta mulai bergerak, "selamat jalan kereta". Padahal ia sendiri ada di dalamnya.

Siapa berjalan dan kemana.

Stasiun Purwokerto, 4/3/2017. Tengah malam.
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...