Aku menunggu hujan.
Anginnya sudah terasa.
Inginnya tak kuasa.
Sudah penuh isak di setiap sudut.
Kau mencoba menahan air mata.
Tak usah cerita, aku tahu.
Cinta yang sampai lahirkan buah hati, pasti cinta yang dahsyat.
Tak mudah.
Pasti tak mudah.
Tapi bukankah drama hidup harus dimainkan?
Dan wajah juga sosok baru mesti kutemui.
Mau lari dan berpaling itu naif.
Maka jalani saja.
Tenang saja, aku alihkan cerita.
Karena tak ingin nanti tumpah.
Ingat, kita sedang dalam rahsia pura pura.
Seolah berjarak, padahal sungguh aku telah membacamu lama.
Bahkan sejak puluhan tahun sebelum kita bertemu.
Aku menjadi nadi, ku harap kau jantung.
Sehingga detakmu yang mendorong alur darah dalam ku.
Dan alunan melodi menjadi interlude.
Kau mundur perlahan, sesekali sibakkan rambut tergerai itu.
Pancoran, 9/3/2017
Poetoe.
Kamis, 16 Maret 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar