Bersiap menyambut datangnya bulan puasa, salah satunya dengan kembali belajar tentangnya. Belajar tentang "menahan". Belajar untuk tidak melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa kita lakukan.
Setelah unsur kemampuan terpenuhi, kesempatan pun ada, tapi kita tetap belajar menahan untuk tidak melakukannya. Tentu ini bukan hal mudah, karena godaan ananiyah/keakuan itu demikian dahsyat.
Paling tidak ada tiga jenis kecerdasan yang dibutuhkan seseorang dalam menjalani hidup. Yang pertama adalah kecerdasan untuk mengubah, saat kondisi tak sesuai harapan kita akan berusaha mengubahnya ke arah kondisi ideal.
Yang kedua adalah kecerdasan untuk menerima. Adalah tahapan setelah perjuangan untuk mengubah sesuai harapan itu pada akhirnya gagal, maka kita butuh kecerdasan untuk menerima. Ini penting untuk menjaga tingkat kebahagiaan kita tetap pada batasnya dan tidak tergelincir pada kecewa yang berlebihan.
Yang ketiga, adalah kecerdasan untuk menahan. Walau dalam kapasitas yang memungkinkan kita lakukan namun kita tetap menahan diri untuk tidak kita lakukan. Ini menjadi berat karena lawannya adalah ego kita. Terkadang bahkan harus berbenturan dengan kebutuhan atas eksistensi diri, yang menurut AH Maslow merupakan tingkatan tertinggi pada piramida kebutuhan. Pada kecerdasan jenis inilah puasa berperan sebagai pelatihannya.
Demikianlah, yang terlintas pagi ini di APTB menuju kantor. Sembari belajar kembali tentang puasa, sebagai bagian dari isti'daadul ilmi.
Bekasi-Jakarta, 01/04/2016
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar