Minggu, 03 April 2016

Perlawanan

Serupa irama terkadang cepat terkadang pelan, terkadang menang terkadang harus menepi perlahan.

Dalam pertarungan kesadaran atas kapasitas diri ini penting, agar jika pun harus terbanting, itu bukan bantingan keras yang mematikan, hanya sedikit kaget. Dan kesadaran itu mestinya tak lalu membuat terburu buru bangun untuk melawan. Karena bisa jadi saat kita nekat segera bangun kita akan segera dibanting lagi dan lebih keras. Bisa jadi itu mematikan.

Maka rebahlah dulu sesaat. Biarkan saja ia berdiri pongah sambil mengangkat kedua tangannya seakan pasti akan menang. Saat itu bersegeralah kumpulkan nafas, sinergikan kembali kekuatan. Tatap mata dia, baca seberapa bangga ia akan dirinya. Semakin jumawa semakin lemah ia. Seperti teori pernafasan, dari nol dan ketidakberdayaan itu kekuatan bawah sadar akan terkumpul.

Saat yang tepat bergeraklah pelan, berdirilah seolah sedikit terhuyung, untuk menjaga kejumawaanya. Lalu pasanglah kuda kuda. Pancing ia menyerang lebih dahulu, tapi pastikan serangannya kali ini tak mengenai kita, maka tenaganya akan terkuras. Saat itu juga pukul sepenuh tenaga. Pastilah ia terhempas dahsyat.

Demikianlah, yang terpikir olehku saat membaca sang lawan menguasai media. Aku tunggu saja, ia lengah. Sembari mengangkat tangan memohon pertolongan Nya.  Bantu kami, sungguh bantu kami, kalahkan ia. Aamiin.

Jakarta, 01/04/2016
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...