di bawah langit senja, aku duduk saja
adalah langit yang pernah aku jadikan sarana penghubung dulu,
saat menatap ke atas, aku yakin ia juga menatap langit yang sama
ada seseorang yang demikian takut oleh senja
bahkan selalu menutup pintu dan hanya mengintip dari balik jendela
hingga akhirnya aku yang mengajarkannya untuk menikmatinya....
walau akhirnya luka.
juga tentang seseorang yang berulang kali aku bagikan untuknya foto-foto tentang senja yang aku temui, namun ia tak pernah meresponnya,
bahkan saat aku tuliskan berbait bait dongeng langit, ia diam
berdalih atmosfer tak mendukung.
juga tentang senja saat ini,
saat duduk duduk saja di tepi jalan
keriuhan yang dekat namun berjarak
deru motor dan klakson
juga gempita tawa anak-anak naik kuda
aku justru sepi. Bersama ulat bulu dan dedaunan kering
juga berita tentang rahsia yang dikoyak media....
aku rindu sepi yang wingit
warta tak terlalu membelukar
hingga kabar wigati ya hanya kabar tentang hari akhir saja
bukan sorak sorai dusta yang berbaju citra.
aku dan senja, saat ini duduk berdua saja.
memaknai hari diam-diam.
mutiara gading timur, 03/04/2016
poetoe.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar