Hidup itu juang dan rintang, jihadun wa aqidatun, meronta dan terbatasi.
Menjadi seolah irama dalam lagu, meronta seolah nada yang berimprofisasi, namun tetap dalam kekangan birama dan nada dasar.
Batas bukan seperti tali kekang pada leher kambing, yang membuat luka saat kambing terus meronta. Karena batas ini justru menjadi bagian dari keindahan. Bukankah secara fitrah kita adalah hamba, yang menjadikan ketundukan sebagai salah satu syarat kebahagiaan.
Meronta sesekali, namun kembalilah pada kesadaran atas batas yang tak boleh terlanggar. Ini komposisi kita, mainkan saja seindah-indahnya.
"Innal hayata 'aqidatun wa jihaadun."
Bekasi, 19/04/2016
Poetoe.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Selasa, 19 April 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar