Senin, 11 Januari 2016

Tobat.

Berhenti melakukan sesuatu yang buruk itu tak mudah. Apalagi jika telah berulang dan rutin. Butuh kesadaran sebagai pemicunya dan nalar sebagai tempat bersandar. Dan juga dukungan rencana yang matang.

Kesadaran bahwa hal itu buruk, juga Nalar bahwa kita punya banyak alasan rasional bahwa keburukan itu merugikan kita. Dan rencana itu kita butuhkan untuk menutup godaan pengulangan hal buruk itu, juga tahapan untuk perlahan mengganti dengan hal baik.

Sebenarnya kita juga butuh dukungan lingkungan.  Karenanya benarlah perintah agama untuk bergabung dalam komunitas kebaikan itu. Lingkungan ini yang dapat membantu kita, memberatkan langkah untuk keburukan dan meringankan langkah kebaikan.

Karena atas kesalahan masa lalu itu, ada dua pintu. Memudahkan kita mengulanginya atau sebaliknya menjadi alasan jera yang kuat. Pintu yang memudahkan terulang biasa bermula dari rasa nikmat atas dosa, dan pembenaran oleh nalar atas wajarnya kesalahan.

Sedangkan pintu jera bermula dari sesal yang sangat dan dukungan nalar bahwa memang keliru lah keburukan itu dilakukan. Tak alasan pembenaran atas kekeliruan itu. Dan ini membantu menumbuhkan kerelaan saat sanksi yang akan ditimpakan.

Demikianlah celoteh pagi ini, tentang tobat, sembari bergelantungan di APTB. Semoga kita diberi kesempatan ber-taubatan nasuha.

Poetoe / 12 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...