Kamis, 07 Januari 2016

#ngaca

Berapa tahun umurku? Pertanyaan bodoh mungkin, karena masak umur sendiri ndak tahu?

Berapa umurku? Seperti berapa kerutan di kelopak mataku, juga seberapa keruhnya retina mataku. Keruh oleh banyak kesan terendap. Kesan yang terendap dari rangkaian peristiwa yang teralami.

Berapa banyak kenangan yang memaksa tinggal di bilik benak, lalu seenaknya mengatur-atur ingatan untuk kembali ke masa lalu.

Lalu berapa banyak data yang tertangkap oleh indra yang berhasil aku konversi sebagai ilmu? Jangan jangan menyublim saja, lenyap.

Terlalu banyak pertanyaan mungkin. Terlalu banyak. Berhamburan tanya entah terlahir dari mana.

Seperti mimpi yang ngeri. Tentang garis waktu, dengan banyak noktah hitam. Peristiwa-peristiwa ganjil yang terulang. Tokohnya pun muncul dari belukar masa lalu. Tiba-tiba saja Menampak dengan detailnya. Terkadang begitu dekat, terkadang zoom out.

Sesekali peristiwa tentangku dulu, diputar ulang serupa warta. Sedang aku hanya duduk berjarak denganku yang dulu. Aku jadi komentator atas diriku sendiri di masa lalu. Sesekali bahkan aku berikan analisa kritis atas peranku dalam peristiwa lalu itu.

Seberapa bodohku dulu -juga kini, karena betapa gamblang sebenarnya pesan atas sebab kesalahan dulu. Benang merahnya nyata, namun tetap tak terbaca olehku. Lalu kesalahan serupa mengikuti di belakang. Terulang dan terulang.

Menyesal? Tentu saja. Namun akan sia sia jika tak lalu bersegera beranjak. Karena umur tak pernah kita tahu kapan Dia hentikan permainan kita di muka bumi ini. Kesalahan atur momentum, kita akan terlambat.

Jika terlambat tentu yang tersisa hanya sesal dan siksa atas penyianyiaan waktu yang tersedia. Kedholiman atas diri sendiri.

Aku akhir saja. Dengan lantunan doa. Semoga sesal ini menggumpal menjadi taubatan yang nasuha. Beranjak lalu berbenah. Aamiin.

Poetoe / 8 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...