Mungkinkah hidup itu perjuangan kita untuk menghindari kesedihan?
Bukankah Dia melarang kita bersedih, dengan firmanNya Laa tahzan innalloha ma'anaa?
Karenanya waktu yang kita jalani adalah ritual mengumpulkan mozaik kebahagiaan di sepanjang jalan hidup. Serpihan senyuman, kelakar sederhana, tawa terbahak, puas, bangga, dan bahagia yang paripurna.
Sebaliknya, di sepanjang perjalanan itu kita hindari duri kesedihan, jelaga perih, percik sakit hati, kabut galau dan gundah gulana.
Seperti saat aku minta kau tak menangis, memintaku pun tak dengan kata. Hanya tatapan dekat pada kelopak mata. Berharap sayap kupu kupu itu mengerjap lalu tetesan air mata itu kau ubah jadi senyuman.
Poetoe. 2015
Selasa, 30 Juni 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar