Demikianlah dini hari selalu saja punya cara ingatkan kita, mungkin karena sepi memang kolam yang tepat untuk berendam diri. Mencermati segala khilaf dalam melangkah. Tak ingin ingatan akan kekeliruan itu menjadi sekedar kubangan sesal saja. Harus beranjak menjadi bagian dari langkah kebaikan yang menyusuli setiap keburukan; bukan sebaliknya.
Dan dini hari mungkin serupa perigi, yang sediakan segarnya air dingin, juga kesunyian yang anteng. Tempat nyaman bermuaranya renungan atas apapun yang telah lalu. Karena mengingati sesuatu, atau mengenang peristiwa lalu, jika salah momentum justru akan memperburuk. Karena bisa saja justru semakin mencengkeramkan sesal yang mengental lalu sibuk menyalahkan diri dan kondisi, atau sebaliknya justru semakin sibuk mengarahkan mata panah pencari kesalahan ke orang lain.
Karenanya kita memang butuh saat dini hari. Saat evaluasi serius atas diri sekaligus saat menyusun rencana secara tartil, dan mengakhirinya dengan lantunan doa. Sebagai ekspresi ketidakberdayaan hamba atas hasil usaha kita nanti.
Demikianlah dini hari mengajari kita.
Sabtu, 13 Juni 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar