Sabtu, 13 Juni 2015

Dini hari

Demikianlah dini hari selalu saja punya cara ingatkan kita, mungkin karena sepi memang kolam yang tepat untuk berendam diri. Mencermati segala khilaf dalam melangkah. Tak ingin ingatan akan kekeliruan itu menjadi sekedar kubangan sesal saja. Harus beranjak menjadi bagian dari langkah kebaikan yang menyusuli setiap keburukan; bukan sebaliknya.

Dan dini hari mungkin serupa perigi, yang sediakan segarnya air dingin, juga kesunyian yang anteng. Tempat nyaman bermuaranya renungan atas apapun yang telah lalu. Karena mengingati sesuatu, atau mengenang peristiwa lalu, jika salah momentum justru akan memperburuk. Karena bisa saja justru semakin mencengkeramkan sesal yang mengental lalu sibuk menyalahkan diri dan kondisi, atau sebaliknya justru semakin sibuk mengarahkan mata panah pencari kesalahan ke orang lain.

Karenanya kita memang butuh saat dini hari. Saat evaluasi serius atas diri sekaligus saat menyusun rencana secara tartil, dan mengakhirinya dengan lantunan doa. Sebagai ekspresi ketidakberdayaan hamba atas hasil usaha kita nanti.

Demikianlah dini hari mengajari kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...