oleh : _nugroho putu_
kita dan hujan kencan, bertemu di Parakan.
hujan mungkin teramat rindu, menghambur deras memeluk kita, jalanan kuyup, pepohonan gigil.
kita duduk bertiga, menonton peri dari langit yang meluncur dalam guyur air, mereka bercanda bahagia.
kita dan tiga porsi nasi goreng, menanti kata nanti yang berubah jadi esok saja.
hujan menghapus rencana dari buku kerja kita.
tapi kita tertawa.
mungkin petrikor yang menyihir suasana, kusut masai menjadi gegap ramai.
binar mata berpijar dan peri dibiar berkejaran di halaman ingatan kita.
ada nama-nama yang kita ungkit kembali dalam bincang rindu.
sebelum jelas kapan hujan reda, kita justru terjebak dalam cerita tentang kau yang berdiri di lereng Sindoro untuk tatap Sumbing, lalu berdiri di lereng Sumbing untuk tatap Sindoro. bahkan dua lereng itu telah kau jelajahi dengan mata, kemudian ajak kami ikut jelajahi walau hanya dengan imaji.
Muntilan, 19 Februari 2020
Selasa, 25 Februari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar