Selasa, 25 Februari 2020

Cerita di Kaliurang

oleh : _nugroho putu_

berkenalan waktu itu, kubayangkan kau kenakan jas almamater. wajah penuh semangat, ideide meletupletup. aku ikut senang. kau tanyakan apakah ini berlebihan, aku jawab tidak. kau masih muda harus penuh percaya diri, aku lebih tua cukuplah tahu diri.
lalu kekacauan pisahkan kita. percakapan itu terjeda. aku tetap jalani hidup dengan tahu diriku, menjadi manusia wajar. beberapa kali terlibat aksi, hanya sesekali. kau mungkin sibuk, tapi mungkin juga tidak. anehnya aku tak penasaran mencari kabarmu. hanya percaya saja, kau baikbaik saja.

saat kebisingan perebutan mimpi negeri itu mereda, saat kita samasama sedih hasil perjuangan tak seindah bayangan, kita kembali bercakap. tak benarbenar bertemu. hanya berserobok kata di sosial media. lalu bincang berkembang. tak ada ungkap rindu, hanya gemetar jari saat ketikkan kalimat tanyakan kabar. seperti deru dada khawatir yang disembunyikan.

kau lebih dewasa. percakapan kita mulai tentang cinta. aku tersenyum. aktifis sepertimu ternyata tersandung rasa juga. kau masih muda wajar penuh cinta bergelora, aku lebih tua cukuplah dengarkan kisah cintamu.
dan Kaliurang tempat pertemuan kita yang tak pernah terjadi, adalah saksi kau pernah menangis dalam sepi, dan aku hanya temani di belahan kota lain. Kaliurang juga jadi saksi saat aku berdiri di tempat kau pernah berdiri dalam rintik hujan. aku bayangkan bagaimana kau menangis dikurung rintik hujan lereng Merapi yang dingin dan getir.

tapi kita tak pernah benarbenar bertemu. hanya saling injak sisa jejak, di jalanan yang sama. kau masih muda, tangis itu wajar asal segera bangkit tak tenggelam dalam air mata, aku yang lebih tua hanya memahat diam di tempat yang mungkin pernah kau singgahi. entah kau di mana, aku memang tak penasaran mencari kabarmu, tapi yakin kau sudah bahagia temukan cinta.
janganjangan saat aku sesap kopi lereng Merapi ini, kau ada di seberang jalan menatap langit gelap, dan rintik hujan temani imajimu tentang aku, lelaki tua yang pernah jadi teman bincangmu walau tak pernah saling jumpa.

Pakem, 20 Februari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...