oleh: _nugroho putu_
ada peri di
setiap hari mengikat pekat, mengumpulkan remah resah, menjadi pencatat
di bincang remang, memunguti cerita perih yang tersisih
pertemuan
pertamaku saat peri itu terjebak terbang membentur kaca kamar kecil
lalu tersangkut di wastafel, aku mencuci tangan dan sayapnya terpercik
air. aku membasuh muka, ia kibaskan sayapnya air beterbangan.
peri
dan aku kembali duduk di kafe malam ini, aku menikmati kopi, ia
menikmati kata-kata yang berhamburan, bersama air mata, dan canda getir
tentang kesendirian.
peri kembali terbang sendiri, membawa
setumpuk berkas kesedihan, dan tindasan berkas itu ditinggalkan di laci
hatiku, tiba-tiba saja kesendirian teraduk dalam kopi sepiku.
Muntilan, 07/02/2020
Senin, 10 Februari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar