Kita butuh terpejam sesaat, setelah kata-kata berhamburan dalam bincang sore itu.
Teringat dulu saat Rasul dibebani pesan wahyu, dan titipan kata-kata yang berat itu, maka Tuhan perintahkan tugas tambahan untuk terbangun tengah malam, sujud dan berdoa.
Pertarungan butuh bekal dan amunisi, juga dalam pertarungan kata-kata, butuh endapan pikiran yang bernas dan jernih hati. Pejam dan rapal dzikir adalah energi.
Kita butuh sandaran jiwa, dalam lepas tengah malam, agar sempat istirahkan hati, walau sekejap.
Diam itu ada terang benderang pelita, seperti momentum emas saat mozaik teka teki hidup itu tiba-tiba tersusun. Klik. Semua menjadi mudah.
Sakinah jiwa, muthmainnah hati, bashirah pikiran. Paripurnalah kontemplasi dan meditasi ini.
Aamiin.
Bis transjakarta, 02092019
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Senin, 02 September 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar